RUNNING TEXT

Selasa, 24 Oktober 2017

Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru PGSD UNU SU.

Universitas Nahdlatul Ulama Sumatera Utara (UNU SU) membuka Kelas di Pandan Kab. Tapanuli Tengah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan (FKIP) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)  Strata Satu (S1). Perkuliahan dilaksanakan setiap Sabtu dan Minggu. Bagi yang berminat segera Hubungi Koordinator Tapanuli Tengah Dr.Irwandi Sihombing, S.Ag., S.PdI., MA Alamat: Jalan Padangsidimpuan KM.9 Lubuk Tukko Kec. Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Contac Person 0821-4514-2975, E-mail: irwandisihombing@gmail.com , Website: www.irwandi-zahra.blogspot.com, Twitter: @irwandishb.

Informasi Ujian Mid Semester I TA.2017/2018

Pelaksanaan Ujian Mid Semester Ganjil T.A.2017/2018, Insya Allah akan dilaksanakan pada Minggu Pertama Bulan Nopember 2017.

Sabtu, 14 Oktober 2017

Penilaian Mata Kuliah Filsafat Ilmu


Model Perkuliahan  : Membuat  Makalah, Presentase, Pembanding dan Problem solving
Penilaian               : Makalah, Presentase, Pembanding, Quiz dan     Kehadiran
Model Tugas             : Perkelompok
Jlh hal minimal        : 15 hal
Penulisan                  : Time roman, size 12, spasi 1,5, diketik rapi, kertas A4, footnote
Referensi buku        : Terlampir/Menyesuaikan atau min. 5 buku daftar pustaka

Jumat, 13 Oktober 2017

Galeri Kegiatan




Nilai Metodologi Pendidikan


Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Muda

Maraknya narkotika dan obat-obatan terlarang telah banyak mempengaruhi mental dan sekaligus pendidikan bagi para pelajar saat ini. Masa depan bangsa yang besar ini bergantung sepenuhnya pada upaya pembebasan kaum muda dari bahaya narkoba. Narkoba telah menyentuh lingkaran yang semakin dekat dengan kita semua. Teman dan saudara kita mulai terjerat oleh narkoba yang sering kali dapat mematikan. Sebagai makhluk Tuhan yang kian dewasa, seharusnya kita senantiasa berfikir jernih untuk menghadapi globalisasi teknologi dan globalisasi yang berdampak langsung pada keluarga dan remaja penerus bangsa khususnya. Kita harus memerangi kesia-siaan yang di akibatkan oleh narkoba.
I    Penyebab Penyalahgunaan Narkoba
  1. a. Kegagalan yang di alami dalam kehidupan
Tidak memiliki rasa percaya diri ataupun kurang mendapat kasih sayang orang tua dapat menyebabkan timbulkan penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja. Misalnya saja, orang tua yang terbilang sukses dalam berkarir tetepi kurang memberi perhatian kepada keluarga, adanya perselisihan di keluarga hingga mengalami kehancuran (Broken Home).
b.   Pergaulan yang bebas dan lingkungan yang kurang tepat.
Menurut teori Waddington, mengenai “develope mental land scape”, jika seorang anak di tempatkan pada suatu lingkungan tertentu, maka sulitlah bagi kalangan tersebut untuk mengubah pengaruhnya, terlebih lagi jika lingkungan itu sangat kuat mempengaruhi anak tersebut. Dengan demikian untuk mencegah penggunaan narkoba, maka  land scape (lingkungan) yang baik saat ini adalah lingkungan Islam. Sebagai orang tua seharusnya dapat memperingatkan anaknya agar tidak bergaul dengan teman yang berakhlak tidak baik.
  1. c. Kurangnya siraman agama
Untuk memerangi narkoba, upaya yang perlu di lakukan adalah       membangkitkan kesadaran beragama dan menginformasikan hal-hal yang positif dan bermanfaat kepada para remaja. Karena, pada zaman sekarang ini sangt sedikit para remaja yang sadar akan pentingnya siraman agama.
  1. d. Keinginan untuk sekadar mencoba
Keyakinan bahwa bila mencoba sekali takkan ketagihan adalah salah satu penyebab penggunaan narkoba, karena sekali memakai narkoba maka mengalami ketagihan dan sulit untuk di hentikan. Maka dari itu, bila seseorang ingin terhindar dari narkoba, harus dapat menjauhkan dirinya dari hal-hal yang memungkinkan untuk mencoba dan bersentuhan dengan narkoba.
II.  Narkoba Yang Banyak Beredar Di Masyarakat.
Ada banyak jenis narkoba yang beredar di masyarakat yang banyak di salahgunakan oleh remaja, antara lain:
  • Ganja, di sebut juga dengan mariyuana, grass/rumput, pot, cannabis, joint, hashish, cimeng.
  • Heroin, di sebut juga dengan putaw, putih, PT, bedak, etep.
  • Morfin, yaitu narkoba yang di olah dari candu/opium yang mentah.
  • Kokain, di sebut juga dengan crack, coke, girl, lady.
  • Ekstasi, di sebut juga  dengan ineks, kancing.
  • Shabu-shabu, di sebut juga dengan es, ss, ubas, kristal, mecin.
  • Amphetamin, di sebut juga dengan speed.
#  Zat Hirup
Berbagai jenis bahan perekat yang di pasarkan sebagai bahan bangunan juga sering kali di salah gunakan untuk di hirup, antara lain: lem kayu (sejanis aica aibon), cat, thinner.
#  Obat Penenang, di sebut juga pil koplo
berbagai obat penenang dan obat tidur (anti-insomnia) juga sring di pakai oleh pecandu narkoba. Obat-obatan in masuk daftar G dan psikotropika, tetapi di perjualbelikan secara bebas di kios-kios kaki lima.
  1. a. Akibat Penyalahgunaan Narkoba Terhadap Kesehatan.
Secara keseluruhan obat-obatan ini dapat menimbulkan gangguan-gangguan pada sistem saraf manusia, juga pada organ-organ tubuh manusia. Narkoba juga akan mengakibatkan kcanduan/ketagihan kepada pemakainya dan apabila pemakaian di hentikan, dapat mengakibatkan kematian. Ciri-ciri kecanduan antara lain: kejang, sakit perut, badan gemetar, muntah-muntah, mata dan hidung berair, hilangnya nafsu makan dan hilangnya/berkurangnya berat badan.
  1. b. Akibat Penggunaan Narkoba Terhadap Lingkungan Di Masyarakat
Penggunaan narkoba dapat menghilangkan kesadaran pemakainya, menyebabkan paranoia (linglung), juga dapat membuat pemakainya menjadi ganas dan liar sehingga dapat mengganggu ketentraman di masyarakat.
Untuk mendapatkan barang-barang haram itu, di perlukan tidak sedikit biaya, sehingga dapat menimbulkan perbuatan-perbuatan kriminal seperti pencurian, perampasan ataupun pertengkaran dan tidak sedikit pula yang menimbulkan pembunuhan.
III  Pencegahan Dan Penanggulangan Terhadap Penyalahgunaan Narkoba
Ada banyak hal untuk mencegah penggunaan narkoba antara lain adalah:
  • membangkitkan kesadaran beragama, menginformasikan hal-hal positif dan bermanfaat.
  • Selektif dalam memilih teman.
  • Selektif dalam memilih makanan dan minuman.
  • Menghindarkan diri dari lingkungan yang tidak tepat.
  • Membentuk kelompok-kelompok kecil yang saling mengingatkan.
  • Bila berhadapan dengan orang/teman yang mulai bersentuhan dengan narkoba, gunakan kasih sayang  untuk menariknya ke jalan hidup yang lebih sehat.
  • Mengetahui fakta-fakta tentang narkoba termasuk akibat-akibat yang di timbulkan oleh barang-barang haram tersebut.

Tri Memori

           Anggun Kusnasri Rambe, S.Pd, Rahmadani Malau, S.Pd dan Saulina Siregar, S.Pd
                                    Dr. Irwandi Sihombing, S.Ag., S.PdI, MA Jual Bakso Tusuk
                                             Dr.Irwandi Sihombing, S.Ag., S.PdI, MA di Masjid Tukka
                             Dr.Irwandi Sihombing, S.Ag., S.PdI, MA di Tor Simarsayang Padangsidimpuan

FILSAFAT ILMU
     FILSAFAT DAN ILMU ADALAH DUA KATA YANG SALING TERKAIT, BAIK SECARA SUBTANSIAL MAUPUN HISTORIS KARENA KELAHIRAN ILMU TIDAK LEPAS DARI PERANAN FILSAFAT, SEBALIKNYA PERKEMBANGAN ILMU MEMPERKUAT KEBERADAAN FILSAFAT. FILSAFAT TELAH BERHASIL MENGUBAH POLA PEMIKIRAN BANGSA YUNANI DAN UMAT MANUSIA DARI PANDANGAN MITOSENTRIS MENJADI LOGOSENTRIS.
                                          Dr.IRWANDI SIHOMBING, S.Ag., S.PdI., MA
 Foto Perpisahan Mahasiswa Semester VIII STAI Bahriyatul 'Ulum KH.Zainul Arifin Pandan 2017
Foto bersama Citas Akademika STAI Bahriyatul Ulum KH.Zainul Arifin Pandan pada acara Wisuda Sarjana Strata Satu (S1) di Room Pia Hotel Pandan.

Filsafat Ilmu

FILSAFAT ILMU 0leh: Dr.Irwandi Sihombing, S.Ag., S.PdI, MA BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun historis karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Filsafat telah berhasil mengubah pola pemikiran bangsa yunani dan umat manusia dari pandangan mitosentris menjadi logosentris. Awalnya bangsa yunani dan bangsa lain di dunia beranggapan bahwa semua kejadian di alam ini dipengaruhi oleh para dewa. Suatu pandangan yang komprehensif tentang ilmu dan nilai-nilai yang berkembang di tengah masyarakat. Dalam masyarakat beragama, ilmu adalah bagian yang tidak terpisahkan dari nilai-nilai ketuhanan karena sumberilmu yang hakiki adalah dari Tuhan, manusia hanya menemukan sumber itu dan kemudian merekayasanya untuk di jadikan instrument kehidupan. B. Rumusan masalah Adapun rumusan masalah ialah sebagai berikut : 1) Definisi dan jenis pengetahuan 2) Perbedaan pengetahuan dengan ilmu 3) Hakikat dan sumber pengetahuan 4) Sumber pengetahuan 5) Ukur kebenaran 6) Klsifikasi dan hierarki ilmu C. Metode Penulis Adapun cara penulis atau metodenya, penulis menggunakan dengan cara mencari buku-buku yang berhubungan dengan Pengetahuan dan Ukuran Kebenaran dan juga ditambah dari internet. BAB II PEMBAHASAN PENGETAHUAN DAN UKURAN KEBENARAN A. DEFINISI DAN JENIS PENGETAHUAN Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu knowledge. Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa definisi penge-tahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief). Beberapa Definisi pengetahuan menurut para tokoh: Menurut Drs. Sidi Gazalba, pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan adalah semua milik atau isi pikiran. Dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Dalam peristiwa ini yang mengetahui (subjek) memiliki yang diketahui (objek) di dalam dirinya sendiri sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu menyusun yang diketahui pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif. Orang pragmatis, terutama John Dewey tidak membedakan pengetahuan dengan kebenaran (antara knowledge is justified dengan truth).Jadi, pengetahuan itu harus benar, kalau tidak benar adalah kontradiksi. 1. Jenis Pengetahuan Burhanuddi Salam, mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki manusia ada empat, yaitu : Pertama, pengetahuan Biasa, yakni pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan istilah common sense, dan dalam filsafat dikatakan dengan good sense, karena seseorang memiliki sesuatu dimana ia menerima secara baik. Dengan common sense semua orang sampai pada kenyataan secara umum tentang sesuatu, dimana mereka berpendapat sama semuanya. Ia diperoleh dari pengalaman sehari-hari, seperti air dapat dipakai untuk menyiram bunga, makanan dapat memuaskan rasa lapar, musim kemarau akan mengeringkan sawah tadah hujan, dan sebagainya. Kedua, pengetahuan Ilmu, yaitu ilmu sebagai terjemahan dari science. Science yaitu untuk menunjukkan ilmu pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatis dan objektif. Ilmu pada prinsipnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan common sense. Namun dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode. Pengetahuan yang diperoleh melalui ilmu diperoleh melalui observasi, eksperimen, klasifikasi. Analisis ilmu itu objektif dan menyampingkan unsur pribadi, pemikiran logika diutamakan, netral (tidak subjektif), karena dimulai dengan fakta. Ketiga, pengetahuan Filsafat, yakni pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang bersifat kontemplatif dan spekulatif. C.D. Broad berkata : “maksud dari filsafat spekulatif adalah untuk ambil alih hasil-hasil dari berbagai ilmu, dan menambahkannya dengan hasil pengalaman keagamaan dan budi pekerti. Dengan cara ini, diharapkan bahwa kita akan dapat sampai kepada suatu kesimpulan tentang watak alam ini, serta kedudukan dan prospek kita di dalamnya. Pengetahuan filsafat lebih menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian ttg sesuatu. Kalau ilmu hanya pada suatu bidang pengetahuan tertentu yg sempit dan rigid, filsafat membahas hal yang lebih luas dan mendalam. Filsafat biasanya memberikan pengetahuan yg reflektif dan kritis, sehingga ilmu yg tadinya kaku dan tertutup menjadi ‘longgar’ kembali. Keempat, pengetahuan Agama, yakni pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan lewat para utusan-Nya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama. Pengetahuan ini mengandung beberapa hal pokok, baik tentang hubungan dengan Tuhan (vertikal), maupun dengan sesama manusia (horizontal). 2. Perbedaan pengetahuan dengan Ilmu Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengetahuan disamakan artinya dengan ilmu, ilmu adalah pengetahuan. Definisi pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Sedangkan definisi ilmu yaitu pengetahuan yang bersifat positif dan sistematis. Pengetahuan dengan ilmu bersinonim arti, sedangkan dalam arti material, keduanya mempunyai perbedaan. Dari asal katanya, kita dapat ketahui bahwa pengetahuan diambil dari kata dalam bahasa inggris yaitu knowledge, sedangkan ilmu diambil dari kata science dan peralihan dari kata Arab ilm. The Liang Gie mengutip Paul Freedman dari buku The Principles of Scientific Research memberi batasan ilmu sebagai berikut : Ilmu adalah suatu bentuk aktivasi manusia yang dengan melakukannya umat manusia memperoleh suatu pengetahuan dan senantiasa lebih lengkap dan lebih cermat tentang alam dimasa lampau, sekarang dan kemudian hari, serta suatu kemampuan yang meningkat untuk menyesuaikan dirinya pada dan mengubah sifat-sifat sendiri. Rumusan lain dating dari Carles Siregar yang menyatakan : “Ilmu adalah proses yang membuat pengetahuan”. Dalam arti umum, ilmu sering dijadikan pembeda, umpamanya untuk membedakan antara disiplin Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Sementara itu, Jujun S. Suriasumantri dalam buku ilmu dalam Perspektif menulis: “… ilmu lebih bersifat merupakan kegiatan daripada sekedar produk yang siap dikonsumsikan”. Perbedaan antara ilmu dengan pengetahuan dapat ditelusuri dengan melihat perbedaan ciri-cirinya. Herbert L. Searles memperlihatkan ciri-ciri tersebut sebagai berikut: “Kalau ilmu berbeda dengan filsafat berdasarkan empiris, maka ilmu berbeda dari pengetahuan biasa karena ciri sistematisnya. B. HAKIKAT DAN SUMBER PENGETAHUAN Pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas manusia karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh. Binatang juga mempunyai pengetahuan, namun pengetahuan ini terbatas untuk kelangsungan hidupnya (survival). Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan-kebutuhan kelangsungan hidupnya. Pengetahuan ini mampu dikembangkan manusia yang disebabkan dua hal utama, yakni pertama manusia mempunyai bahasa yang mampu mengomuni-kasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua, yang menyebabkan manusia mampu mengembnagkan pengetahuannya dengan cepat dan mantap adalah kemampuan berfikir menurut suatu alur kerangka berfikir tertentu. 1. Hakikat pengetahuan Pengetahuan pada dasarnya adalah keadaan mental. Ada 2 teori untuk mengetahui hakikat pengetahuan, yaitu: a. Realisme Kata ini menunjuk kepada benda-benda atau kejadian-kejadian yang sesungguhnya, artinya yang bukan sekedar khayalan atau apa yang ada dalam pikiran kita (kepatuhan kepada fakta). Dalam arti filsafat yang sempit, realisme berarti anggapan bahwa objek indra kita adalah real, benda-benda ada, adanya itu terlepas dari kenyataan bahwa benda itu kita ketahui atau ada hubungannya dengan persepsi kita. Teori ini mempunyai pandangan realistis terhadap alam. Dalam hal ini, pengetahuan adalah benar dan tepat bila sesuai dengan kenyataan. Pengetahuan menurut realisme adalah gambaran atau kopi yang sebenarnya dari apa yang ada dalam alam nyata. Menurut Prof. Dr. Rasjidi, penganut agama perlu sekali mempelajari realism dengan alasan: 1.) Dengan menjelaskan kesulitan-kesulitan yang terdapat dalam pikiran. 2.) Dengan jalan memberi pertimbangan-pertimbangan yang positif, menurut Rasjidi, umunya orang beranggapan bahwa tiap-tiap benda mempunyai satu sebab. b. Idealisme Ajaran idealisme menegaskan bahwa untuk mendapatkan pengetahuan yang benar-benar sesuai dengan kenyataan adalah mustahil. Pengetahuan adalah proses mental atau proses psikologis yang bersifat subjektif. Karena itu, pengetahuan menurut teori ini tidak menggambarkan hakikat kebenaran yang diberikan pengetahuan hanyalah gambaran menurut pendapat atau penglihatan orang yang mengetahui (subjek). 2. Sumber Pengetahuan Ada beberapa pendapat tentang sumber pengetahuan antara lain: a. Empirisme Kata ini berasal dari bahasa yunani yang artinya pengalaman. Menurut pendapat ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. Dan bila dikembangkan kepada kata Yunaninya, pengalaman yang dimaksud ialah pengalaman inderawi. John Locke (1632-1704), Bapak empiris Britania mengemukakan teori tabula rasa, yang maksudnya ialah bahwa manusia itu pada mulanya kosong dari pengetahuan, lantas pengalamannya mengisi jiwa yang kosong itu, lantas ia memiliki pengetahuan. Jadi, dalam empirisme, sumber utama untuk memperoleh pengetahuan adalah data empiris yang diperoleh dari panca indera. Sesuatu yang tidak dapat dinikmati dengan indra bukanlah pengetahuan yangt benar. Jadi pengalaman indera itulah sumber pengetahuan yang benar. Aliran ini memiliki banyak kelemahan, antara lain: 1) Indera terbatas, benda yang jauh kelihatan kecil karena keterbatasan indera yang menggambarkan seperti itu. 2) Indera menipu, pada orang yang sakit malaria gula rasanya pahit. 3) Objek yang menipu, objek itu sebenarnya tidak sebagaimana ia ditangkap oleh indera, ia membohongi indera. 4) Berasal dari indera dan Objek Sekaligus. b. Rasionalisme Aliran ini mengatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan di ukur dengan akal. Manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan menangkap objek. Descartes, seorang pelopor rasionalisme berusaha menemukan suatu kebenaran yang tidak dapat diragukan lagi. Kebenaran itu, menurutnya adalah dia tidak ragu bahwa ia ragu. Ia yakin kebenaran-kebenaran semacam itu ada dan kebenaran tersebut dikenal dengan cahaya yang terang dari akal budi sebagai hal-hal yang tidak dapat diragukan. c. Intuisi Menurut Henry Bergson intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi. Kemampuan ini mirip insting, tetapi berbeda dengan kesadaran dan kebebasannya. Pengembangan kemampuan ini memerlukan suatu usaha. Ia juga mengatakan bahwa intuisi adalah suatu pengetahuan yang langsung, yang mutlak dan bukan pengetahuan yang nisbi. Perbedaan antara intuisi dalam filsafat barat dengan makrifat dalam Islam adalah kalau intuisi diperoleh lewat perenungan dan pemikiran yang konsisten, sedangkan dalam Islam makrifat diperoleh lewat perenungan dan penyinaran dari Tuhan. d. Wahyu Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Allah kepada manusia lewat perantara para nabi. Para nabi memperoleh pengetahuan dari Tuhan tanpa upaya, tanpa bersusah payah, tanpa memerlukan waktu untuk memperolehnya. Pengetahuan mereka terjadi atas kehendak Tuhan semesta. Tuhan mensucikan jiwa mereka dan diterangkannya pula jiwa mereka untuk memperoleh kebenaran dengan jalan wahyu. C. UKURAN KEBENARAN Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam kehidupan human. Sebagai nilai-nilai yang menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat manusiawi atau martabat kemanusiaan (human dignity) selalu berusaha “memeluk” suatu kebenaran. Berbicara tentang kebenaran ilmiah tidak bisa dilepaskan dari makna dan fungsi ilmu itu sendiri sejauh mana dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh manusia. Di samping itu proses untuk mendapatkannya haruslah melalui tahap-tahap metode ilmiah. Poedjawiyatna yang mengatakan bahwa persesuaian antara pengatahuan dan obyeknya itulah yang disebut kebenaran. Artinya pengetahuan itu harus yang dengan aspek obyek yang diketahui. Jadi pengetahuan benar adalah pengetahuan obyektif. Meskipun demikian, apa yang dewasa ini kita pegang sebagai kebenaran mungkin suatu saat akan hanya pendekatan kasar saja dari suatu kebenaran yang lebih jati lagi dan demikian seterusnya. Hal ini tidak bisa dilepaskan dengan keberadaan manusia yang transenden,dengan kata lain, keresahan ilmu bertalian dengan hasrat yang terdapat dalam diri manusia. Dari sini terdapat petunjuk mengenai kebenaran yang trasenden, artinya tidak henti dari kebenaran itu terdapat diluar jangkauan manusia. Ada tiga jenis kebenaran : 1. Kebenaran epistemologis yaitu “kebenaran yang berhubungan dengan pengetahuan manusia”. 2. Kebenaran ontologis adalah “kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat pada hakikat segala sesuatu yg ada atau diadakan”. 3. Kebenaran semantic yakni “kebenaran yang terdapat serta melekat dalam tutur kata dan bahasa”. Ada 4 ujian tentang kebenaran, yaitu: 1. Teori Korespondensi Teori pertama adalah teori korespondensi, the correspondence theory of truth yang kadang disebut the accordance theory of truth. Menurut teori ini, kebenaran atau keadaan benar itu apabila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pernyataan atau pendapat tersebut. Maka pengetahuan adalah benar bila apa yang terdapat didalam budi pikiran subjek itu benar sesuai dengan apa yang ada didalam objek. Menurut teori ini, ada atau tidaknya keyakinan tidak mempunyai hubungan langsung terhadap kebenaran atau kekeliruan, oleh karena kebenaran atau kekeliruan itu tergantung kepada kondisi yang sudah ditetapkan atau diingkari. Jika sesuatu pertimbangan sesuai dengan fakta, maka pertimbangan itu benar. Jika tidak, maka pertimbangan itu salah. Kebenaran adalah persesuaian antara pernyataan tentang fakta dan fakta itu sendiri, atau antara pertimbangan (judgement) dan situasi yang pertimbangan itu berusaha untuk melukiskan, karena kebenaran mempunyai hubungan erat dengan pernyataan atau pemberitaan yang kita lakukan tentang sesuatu. Jadi, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa berdasarkan teori korespondensi suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Misalnya jika seorang mahasiswa mengatakan “kota Yogyakarta terletak di pulau Jawa” maka pernyataan itu adalah benar sebab pernyataan itu dengan obyek yang bersifat faktual, yakni kota Yogyakarta memang benar-benar berada di pulau Jawa. Sekiranya orang lain yang mengatakan bahwa “kota Yogyakarta berada di pulau Sumatra” maka pernnyataan itu adalah tidak benar sebab tidak terdapat obyek yang sesuai dengan pernyataan terebut. Dalam hal ini maka secara faktual “kota Yogyakarta bukan berada di pulau Sumatra melainkan di pulau Jawa”. 2. Teori Koherensi Tentang Kebenaran Menurut teori ini, kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan dengan sesuatu yang lain, yaitu fakta atau realitas, tetapi atas hubungan antara putusan-putusan itu sendiri. Dengan perkataan lain, kebenaran ditegakkan atas hubungan antara putusan yang baru itu dengan putusan-putusan lainnya yang telah kita ketahui dan akui kebenarannya terlebih dahulu. Berdasarkan teori ini suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Artinya pertimbangan adalah benar jika pertimbangan itu bersifat konsisten dengan pertimbangan lain yang telah diterima kebenarannya, yaitu yang koheren menurut logika. Misalnya, bila kita menganggap bahwa “semua manusia pasti akan mati” adalah suatu pernyataan yang benar, maka pernyataan bahwa “si Hasan seorang manusia dan si Hasan pasti akan mati” adalah benar pula, sebab pernyataan kedua adalah konsisten dengan pernyataan yang pertama. 3. Teori Pragmatisme Tentang Kebenaran Pragmatism berasal dari bahasa yunani pragma artinya yang dikerjakan, yang dilakukan, perbuatan, tindakan, sebutan bagi filsafat yang dikembangkan oleh William James di Amerika Serikat. Menurut teori ini, suatu kebenaran dan suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan manusia. Teori pragmatik dicetuskan oleh Charles S. Peirce (1839-1914) dalam sebuah makalah yang terbit pada tahun 1878 yangberjudul “How to Make Ideals Clear”. Teori ini kemudian dikembangkan oleh beberapa ahli filsafat yang kebanyakan adalah berkebangsaan Amerika yang menyebabkan filsafat ini sering dikaitkan dengan filsafat Amerika. Ahli-ahli filasafat ini di antaranya adalah William James (1842-1910), John Dewey (1859-1952), George Hobart Mead (1863-1931) dan C.I. Lewis (Jujun, 1990:57). 4. Agama Sebagai Teori Kebenaran Manusia adalah makhluk pencari kebenaran. Salah satu cara untuk menemukan suatu kebenaran. Salah satu cara untuk menemukan kebenaran adalah melalui agama. Agama dengan karakteristiknya sendiri memberikan jawaban atas segala persoalan asasi yang dipertanyakan manusia. Baik tentang alam, manusia, maupun tentang Tuhan.kalau ketiga taori kebenaran sebelumnya lebih mengedepankan akal, budi, rasio dan reason manusia, dalam agalam yang dikedepankan adalah wahyu yang bersumber dari Tuhan. Penalaran dalam mencapai ilmu pengetahuan yang benar dengan berpikir setelah melakukan penyelidikan, pengalaman, dan percobaan sebagai trial and error. Sedangkan manusia mencari dan menentukan kebenaran sesuatu dalam agama dengan jalan mempertanyakan atau mencari jawaban tentang berbagai masalah asasi dari atau kepada Kitab Suci. D. KLASIFIKASI DAN HIRARKI ILMU Para filosof muslim membedakan ilmu kepada ilmu yang berguna dan yang tak berguna. Kategori ilmu yang berguna mereka memasukkan ilmu-ilmu duniawi, seperti kedokteran, fisika, kimia, geografi, logika, etika, bersama disiplin-disiplin yang khusus mengenai ilmu keagamaan. Ilmu sihir, alkemi dan numerology (ilmu nujum dengan menggunakan bilangan) dimasukkan kedalam golongan cabang-cabang ilmu yang tidak berguna. Klasifikasi ini memberikan makna implikasi menolak adanya sekularisme, karena wawasan yang Kudus tidak menghalang-halangi orang untuk menekuni ilmu-ilmu pengetahuan duniawi Secara teoretis dan praktis. Secara umum ada tiga basis yang sangat mendasar dalam menyusun Secara hierarkis ilmu-ilmu metodologis, otologis, dan etis. Hampir ketiga kriteria ini dipakai dan diterima oleh diterima oleh para ilmuwan muslim sesudahnya membuat klasifikasi ilmu-ilmu. Al-Farabi membuat klasifikasi ilmu Secara filosofis kedalam beberapa wilayah, seperti ilmu-ilmu matematis, ilmu alam, metafisika, ilmu politik, dan terakhir yurisprudensi dan teologi dialektis. Beliau memberi perincian ilmu-ilmu religius (IIahiyah) dalam bentuk kalam dan fiqh langsung mengikuti perincian ilmu-ilmu filosofis, yakni matematika, ilmu alam, metafisika, dan ilmu politik. Sedangkan Al-Ghazali secara filosofis membagi ilmu ke dalam ilmu syar’iyyah dan ilmu aqliyyah. Oleh Al-Ghazali ilmu yang terakhir ini disebut juga sebagai ilmu ghair syar’iyyah. Begitu juga Quthb al-Din membedakan jenis ilmu menjadi ulum hikmy dan ulum ghair hikmy. Ilmu nonfilosofis menurutnya dipandang sinonim dengan ilmu religius, karena dia menggap ilmu itu berkembang dalam suatu peradaban yang memiliki syari’ah (hukum wahyu). Klasifikasi ilmu menurut Al-Ghazali: I. Ilmu Syar’iyyah 1. Ilmu tentang prinsip-prinsip dasar (al-ushul) 1) Ilmu tentang keesaan Tuhan (al-tauhid) 2) Ilmu tentang kenabian 3) Ilmu tentang akhirat atau eskatologis 4) Ilmu tentang sumber pengetahuan religious. Yaitu Al-quran dan Al-Sunnah (primer), ijma’ dan tradisi para sahabat (sekunder), ilmu ini terbagi menjadi dua kategori: i. Ilmu-ilmu pengantar (ilmu alat) ii. Ilmu-ilmu pelengkap, terdiri dari: ilmu Quran, ilmu riwayat al-hadis, ilmu ushul fiqh dan biografi para tokoh. 2. Ilmu tentang Cabang-cabang (furu’) 1) Ilmu tentang kewajiban manusia kepada Tuhan (ibadah) 2) Ilmu tentang kewajiban manusia kepada masyarakat: i. Ilmu tentang transaksi, termasuk qishas ii. Ilmu tentang kewajiban kontraktual (berhubungan dengan hukum keluarga) 3. Ilmu tentang kewajiban manusia kepada jiwanya sendiri (ilmu akhlak) II. Ilmu Aqliyyah 1. Matematika, aritmatika, geometri, astronomi dan astrologi, music 2. Logika 3. Fisika/ilmu alam: kedokteran, meteorology, mineralogy, kimia 4. Ilmu tentang wujud di luar alam, atau metafisika: Ontology 1) Pengetahuan tentang esensi, sifat dan aktivitas ilahi 2) Pengetahuan tentang substansi-substansi sederhana 3) Pengetahuan tentang dunia halus 4) Ilmu tentang kenabian dan fenomena kewalian ilmu tentang mimpi 5) Teurgi. Ilmu ini menggunakan kekuatan-kekuatan bumi untuk menghasilkan efek tampak seperti supernatural. Sementara itu Stuart Chase membagi ilmu pengetahuan sebagai berikut : 1. Ilmu-ilmu pengetahuan alam (natural sciences) 2. Biologi 3. Antropologi fisik 4. ilmu kedokteran 5. ilmu farmasi 6. ilmu pertanian 7. ilmu pasti 8. ilmu alam 9. geologi 10. dan lain sebagainya 2. Ilmu-ilmu kemasyarakatan 1. Ilmu hukum 2. Ilmu ekonomi 3. Ilmu jiwa sosial 4. Ilmu bumi sosial 5. Sosiologi 6. Antropologi budaya an sosial 7. Ilmu sejarah 8. Ilmu politik 9. Ilmu pendidikan 10. Publisistik dan jurnalistik dan lain sebagainya 3. Humaniora 1. Ilmu agama 2. Ilmu filsafat 3. Ilmu bahasa 4. Ilmu seni 5. Ilmu jiwa dan lain sebagainya BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu knowledge. Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa definisi penge-tahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief). Pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas manusia karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh. Binatang juga mempunyai pengetahuan, namun pengetahuan ini terbatas untuk kelangsungan hidupnya (survival). Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan-kebutuhan kelangsungan hidupnya. Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam kehidupan human. Sebagai nilai-nilai yang menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat manusiawi atau martabat kemanusiaan (human dignity) selalu berusaha “memeluk” suatu kebenaran. Berbicara tentang kebenaran ilmiah tidak bisa dilepaskan dari makna dan fungsi ilmu itu sendiri sejauh mana dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh manusia. B. Implikasi 1. Mendalami pengetahuan dan ukuran kebenaran secara menyeluruh 2. Memahami defenisi pengetahuan lebih banyak/ lebih luas 3. Jadi pedoman para dosen dan mahasiswa di perguruan tinggi,terutama untuk membedakan pengetahuan dan ukuran kebenaran. 4. Mempertegas bahwa dalam persoalan antara ilmu dan agama (keper-cayaan) tidak ada pertentangan. C. Saran-saran Saran yang ingin penulis kemukakan dalam makalah ini harus sungguh-sungguh dalam pemecahan masalah-masalah antara kebenaran itu supaya tidak terjadi pecah belah/ bertentangan. DAFTAR PUSTAKA Amin, Miska Muhammad, Epistemologi Islam, Jakarta : Ul Press, 1983. Bagus, Loren, Kamus Filsafat, cet. I, Jakarta: Gramedia, 1996. Bakar, Osman, Hierarki Ilmu, Membangun Rangka-Pikir Islamisasi ilmu, cet. III, Bandung: Mizan, 1998 Bakhtiar, Amsal, Filsafat Ilmu.jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2005. Edward, Paud, The Encyclopedia of Philosophy, vo. 3, New York: Macnillan Publishing, 1972. Gazalba, Sidi, Sistematik Filsafat, cet.I, Jakarta: Bulan Bintang, 1992). Gie, The Liang, Pekerjaan Umum, Keinsinyuran, dan Administrasi Pemerintahan, Yogyakarta: Karya Kencana, 1977. Rasjidi (ED). H.M., Filsafat Agama, cet. IX, Jakarta: Bulan Bintang, 1994. Salam Burhanuddi, Logika Materil, cet. I, Jakarta: Rineka Cipta, 1997. , Pengantar Filsafat, cet. 4, Jakarta: Bumi Aksara, 2000. Suriasumantri Jujun S., Ilmu dalam Perspektif, Jakarta: PT. Gramedia, 1981. , Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer , cet. Ke-II, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1998), hlm. 40. http:// www. filsafat manusia dan filog/makalah-filsafat-ilmu-tentang-teori.html http://ayu, dkk.2013/09/12/makalah-ilmu-tentang-pengetahuan-dan-ukuran-kebenaran.com

PENELITIAN

                                         Dr.IRWANDI SIHOMBING, S.Ag., S.PdI, MA & NUR AISYAH
                                          AZ ZAHRA DI KEBUN BINATANG BOGOR

SILABUS FILSAFAT ILMU

SILABUS Perguruan Tinggi : STAI Bahriyatul Ulum KH.Zainul Arifin Pandan Jurusan/Program Studi : Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam Mata Kuliah : Filsafat Ilmu Kode Mata Kuliah : STAI 306 SKS : 2 SKS Komponen Mata Kuliah : Mata Kuliah Umum Dosen Pengampu : Irwandi Sihombing, MA I. Deskripsi Mata Kuliah Mata Kuliah ini berisi tentang Pengertian Filsafat ilmu, sejarah ilmu pengetahuan dan sarana berfikir ilmiah, ontologi, epistemologi dan axiologi sains. II. Kompetensi Mata Kuliah Mahasiswa mampu memahami sifat dasar ilmu dan bersikap kritis terhadap pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini. III. Topik-topik Inti 1. Konsep dasar filsafat ilmu a. Pengertian filsafat ilmu b. Ilmu sebagai objek kajian filsafat c. Tujuan dan implementasi filsafat ilmu d. Hubungan agama, filsafat dan ilmu pengetahuan 2. Sejarah Ilmu Pengetahuan a. Landasan ilmu pengetahuan b. Landasan ilmu pengetahuan pada zaman Yunani c. Perkembangan ilmu pada zaman Islam d. Kemajuan ilmu zaman renaissanse dan modern e. Kemajuan ilmu zaman kontemporer 3. Sarana berfikir ilmiah a. Bahasa b. Matematika c. Statistik d. Logika 4. Ontologi Sains 5. Epistemologi Sains 6. Axiologi Sains 7. Pengetahuan dan ukuran kebenaran a. Defenisi dan jenis pengetahuan b. Hakikat dan sumber pengetahuan c. Ukuran kebenaran d. Klassifikasi dan Hirarki ilmu e. Mamfaat ilmu bagi kehidupan manusia 8. Tantangan dan masa depan ilmu a. Kemajuan ilmu dan krisis kemajuan b. Agama, ilmu dan masa depan manusia IV. Kompetensi Dasar a. Mahasiswa mampu mengetahui, mengerti serta memahami makna filsafat ilmu b. Mahasiswa sanggup melakukan kajian tentang filsafat ilmu serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari c. Mahasiswa sanggup, kritis dan mampu menyikapi tentang filsafat ilmu, tokoh-tokohnya dan pentingnya mempelajari filsafat ilmu. V. Strategi Pembelajaran 1. Ceramah 2. Tanya-jawab 3. Problem Solving 4. Seminar 5. Diskusi VI. Media Pembelajaran 1. Infocus/Laptop 2. Alat Peraga 3. Literatur/Perpustakaan VII. Sistem Evaluasi 1. Quiz (Kehadiran, keaktifan, lisan dan Tulisan) 2. Mid Semester (Lisan atau Tulisan) 3. Tugas (Individual dan Kelompok) 4. Ujian Final Semester VIII. Referensi 1. Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990) 2. Amsal Baktiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005) 3. Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama I, cet. I, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997) 4. Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, cet. II (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1998) 5. Louis O. Katsoff, Element of Philosophy, (New York: The Roland Press Company, 1953) 6. Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat Pengantar kepada Teori Pengetahuan, Buku II, cet. I, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973) 7. H.A. Mustafa, Filsafat Islam, cet. I, (Bandung: Pustaka Setia, 1997) IX. Penilaian No Jenis Tagihan Bobot (%) Ket. 1 Kehadiran 20 % 2 Tugas-tugas 20 % 3 Ujian Tengah Semester (UTS) 25 % 4 Ujian Akhir Semester (UAS) 35 % 5 Lain-lain 0 % Jumlah 100 % Pandan, Agustus 2016 Dosen Pengampu, Dr. Irwandi Sihombing, MA
SILABUS
 Perguruan Tinggi                    : STAI Bahriyatul Ulum KH.Zainul Arifin Pandan
Jurusan/Program Studi            : Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam
Mata Kuliah                            : Filsafat Ilmu
Kode Mata Kuliah                  :  STAI 306
SKS                                         : 2 SKS
Komponen Mata Kuliah         : Mata Kuliah Umum
Dosen Pengampu                    : Irwandi Sihombing, MA

I.              Deskripsi Mata Kuliah
Mata Kuliah ini berisi tentang Pengertian Filsafat ilmu, sejarah ilmu pengetahuan dan sarana berfikir ilmiah, ontologi, epistemologi dan axiologi sains.
II.           Kompetensi Mata Kuliah
Mahasiswa mampu memahami sifat dasar ilmu dan bersikap kritis terhadap pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini.
III.        Topik-topik Inti
1.    Konsep dasar filsafat ilmu
a.       Pengertian filsafat ilmu
b.      Ilmu sebagai objek kajian filsafat
c.       Tujuan dan implementasi filsafat ilmu
d.      Hubungan agama, filsafat dan ilmu pengetahuan
2.    Sejarah Ilmu Pengetahuan
a.       Landasan ilmu pengetahuan
b.      Landasan ilmu pengetahuan pada zaman Yunani
c.       Perkembangan ilmu pada zaman Islam
d.      Kemajuan ilmu zaman renaissanse dan modern
e.       Kemajuan ilmu zaman kontemporer
3.    Sarana berfikir ilmiah
a.       Bahasa
b.      Matematika
c.       Statistik
d.      Logika
4.    Ontologi Sains
5.    Epistemologi Sains
6.    Axiologi Sains
7.    Pengetahuan dan ukuran kebenaran
a.       Defenisi dan jenis pengetahuan
b.      Hakikat dan sumber pengetahuan
c.       Ukuran kebenaran
d.      Klassifikasi dan Hirarki ilmu
e.       Mamfaat ilmu bagi kehidupan manusia
8.    Tantangan dan masa depan ilmu
a.       Kemajuan ilmu dan krisis kemajuan
b.      Agama, ilmu dan masa depan manusia
IV.        Kompetensi Dasar
a.       Mahasiswa mampu mengetahui, mengerti serta memahami makna filsafat ilmu
b.      Mahasiswa sanggup melakukan kajian tentang filsafat ilmu serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
c.       Mahasiswa sanggup, kritis dan mampu menyikapi tentang filsafat ilmu, tokoh-tokohnya dan pentingnya mempelajari filsafat ilmu.
V.           Strategi Pembelajaran
1.    Ceramah
2.    Tanya-jawab
3.    Problem Solving
4.    Seminar
5.    Diskusi
VI.        Media Pembelajaran
1.    Infocus/Laptop
2.    Alat Peraga
3.    Literatur/Perpustakaan
VII.     Sistem Evaluasi
1.    Quiz (Kehadiran, keaktifan, lisan dan Tulisan)
2.    Mid Semester  (Lisan atau Tulisan)
3.    Tugas (Individual dan Kelompok)
4.    Ujian Final Semester
VIII.  Referensi
1.    Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990)
2.    Amsal Baktiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005)
3.    Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama I, cet. I, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997)
4.    Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, cet. II (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1998)
5.    Louis O. Katsoff, Element of Philosophy, (New York: The Roland Press Company, 1953)
6.    Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat Pengantar kepada Teori Pengetahuan, Buku II, cet. I, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973)
7.    H.A. Mustafa, Filsafat Islam, cet. I, (Bandung: Pustaka Setia, 1997)
IX.        Penilaian

No
Jenis Tagihan
Bobot (%)
Ket.
1
Kehadiran
20 %

2
Tugas-tugas
20 %

3
Ujian Tengah Semester (UTS)
25 %

4
Ujian Akhir Semester (UAS)
35 %

5
Lain-lain
0 %


Jumlah
100 %

                                                                             
                                                                                   Pandan,     Agustus 2016                      
                                                                                   Dosen Pengampu,  



                                                                                            Dr. Irwandi Sihombing, MA