RUNNING TEXT

Minggu, 26 Februari 2017

KRITISME IMMANUEL KANT Daftar Isi Bab I Pendahuluan………………………………………………………….................................. Rumusan Masalah…………………………………………………..................................... Bab II Pembahasan 1. Immanuel Kant……………………………………………….................................. 2. Kritisme Immanuel Kant………………………....................................................... Bab III Penutup Kesimpulan………………………………………………………………………………… Daftar Pustaka BAB I PENDAHULUAN 1.Latar Belakang Filsafat sebagai “induk segala ilmu pengetahuan” dalam hal ini adalah ilmu yang mendasari manusia untuk mengembangkan ilmu pengetahuan maupun penemuan-penemuan baru. Pada dasarnya filsafat adalah suatu usaha mensistimatisir pemikiran dan menerapkan pemikiran-pemikiran itu pada segala bidang ilmu pengetahuan. Filsafat zaman modern berfokus pada manusia, bukan kosmos (seperti pada zaman kuno), atau Tuhan (pada abad pertengahan). Dalam zaman modern ada periode yang disebut Renaissance (kelahiran kembali). Kebudayaan klasik warisan Yunani-Romawi dicermati dan dihidupkan kembali; seni dan filsafat mencari inspirasi dari sana. Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari para penguasa, tetapi dari diri manusia sendiri. Namun tentang aspek mana yang berperan ada Perbedaan pendapat. Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio: kebenaran pasti berasal dari rasio (akal). Aliran empirisme, sebaliknya, meyakini pengalamanlah sumber pengetahuan itu, baik yang batin, maupun yang inderawi. Lalu muncul aliran kritisisme Immanuel Kant, yang mencoba memadukan kedua pendapat berbeda itu. Dari hal tersebut di atas, alangkah baiknya bila kita mendalami lebih jauh tentang ajaran Kritisisme Immanuel Kant. 2. Rumusan Masalah  Siapakah Immanuel Kant ?  Kritisme apa yang diajarkan oleh Immanuel Kant ? BAB II PEMBAHASAN 1.Immanuel Kant Immanuel Kant lahir pada tahun 1724 M di Konisbergen,Prusia,Jerman.Beliau sebelumnya menekuni bidang filsafat, fisika dan ilmu pasti, kemudian sampailah dia menjadi guru besar dalam bidang ilmu logika dan metafisika, juga di Koningsbergen. Filsafatnya Immanuel Kant disebut dengan Kritisisme. Itulah sebabnya 3 karya besarnya disebut “Kritik”, yaitu: Kritik der reinen Vernunft ( Kritik atas Rasio Murni), Kritik der praktischen Vernunft (Kritik atas Rasio Praktis), Kritik der Urteilskraft ( Kritik atas Daya Pertimbangan). Pemikiran pemikiran Kant di antaranya ialah tentang”akal murni”.Menurutnya,”Dunia luar itu di ketahui hanya dengan sensasi,dan jiwabukanlah sekedar tabula rasa,tetapi jiwa merupakan alat yang positif,memilih,dan merekontruksi hasil sensasi yang masuk itu dikerjakan oleh jiwa dengan menggunakan kategori,yakni mengklasifikasikan dan memersepsikannya ke dalam idea.” 2.Kritisme Immanuel Kant Sebelum kita memahami pengertian Kritisisme Immanuel Kant, alangkah baiknya kita mengetahui teori rasionalis Eropa dan teori empiris. Teori rasionalis adalah teori tentang metode memperoleh pengetahuan dengan sumber sepenuhnya dari akal. Bukannya Rasionalisme tidak menganggap pengalaman (a posteriori), melainkan pengalaman dianggap hanya sebagai perangsang bagi rasio. Jadi, kebenaran (pengetahuan) hanya dapat ada dalam pikiran kita dan hanya dapat diperoleh dengan akal budi saja. Tokoh-tokoh filsafat rasionalis antara lain RENE DESCARTES atau CARTESIUS (1596-1650), BLAISE PASCAL (1623-1662) dan BARUCH SPINOZA (1632-1677). Rasionalisme dianggap sebagai pengetahuan deduktif, Descartes ialah pencetus pertama paham ini yang dalam ajarannya adalah berusaha memperoleh kebenaran dengan metode deduktif akal yang tidak dapat diragukan lagi kebenarannya. Jadi, para penganut rasionalisme yakin bahwa kebenaran dan kesesatan terletak di dalam ide manusia, dan bukan di dalam diri barang sesuatu. Sebaliknya filsafat Empirisme berpendapat bahwasannya empiri atau pengalamanlah yang menjadi sumber pengetahuan, akan tetapi tidak berarti bahwa rasio ditolak sama sekali. Baik pengalaman secara batiniah maupun pengalaman secara lahiriah. Penganut filsafat ini menggunakan perantara panca indra sebagai sumber untuk memperoleh pengetahuan. Sebagai contoh, “bagaimana seseorang dapat mengetahui air itu panas?” jawabannya pasti adalah “karena mereka merasakannya atau menyentuhnya dengan indra perasa” atau “ karena seseorang telah melihatnya dengan munculnya asap di atas air”. Ditinjau dari sudut epistemologi, khususnya dari pandangan empiris pengalaman seringkali dipandang menunjuk pada hasil pengindraan. Tokoh dalam filsafat empiris antara lain DAVID HUME (1711-1776), THOMAS HOBBES (1588-1679), GEORGE BERKELEY (1685-1753) dan JOHN LOCKE (1632-1704). Kant dalam argumennya,” bahwa akal dipandu oleh tiga ide transcendental, yaitu ide psikologis yang disebut jiwa, ide dunia, dan ide tentang Tuhan. Ketiganya tersebut memiliki fungsi masing-masing, yaitu “ide jiwa” menyatakan dan mendasari segala gejala batiniah yang merupakan cita-cita yang menjamin kesatuan terakhir dalam bidang psikis, “ide dunia” menyatakan segala gejala jasmaniah, “ide Tuhan” mendasari segala gejala, segala yang ada, baik batiniah maupun yang lahiriah.” Demikian gagasan Immanuel Kant yang menjadi penggagas Kritisisme. Filsafat memulai perjalanannya dengan menyelidiki batas-batas kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan manusia. Maka Kritisisme berbeda dengan corak filsafat modern sebelum sebelumnya yang mempercayai kemampuan rasio secara mutlak.Dengan Kritisisme yang diciptakan oleh Immanuel Kant, hubungan antara rasio dan pengalaman menjadi harmonis, sehingga pengetahuan yang benar bukan hannya pada rasio, tetapi juga pada hasil indrawi. Kant memastikan adanya pengetahuan yang benar-benar “pasti”, artinya menolak aliran skeptisisme, yaitu aliran yang menyatakan tidak ada pengetahuan yang pasti. 3.Ciri-Ciri Kritisme Isi utama dalam kritisisme yaitu gagasan Immanuel Kant tentang teori pengetahuan, etika, dan estetika. Gagasan tersebut muncul karena ada pertanyaan-pertanyaan yang mendasar yang timbul pada pemikiran Immanuel Kant. Pertanyaan-pertanyaan tersebut yaitu: 1. Apa yang dapat saya ketahui ? 2. Apa yang harus saya lakukan ? 3. Apa yang boleh saya harapkan ? Ciri-ciri kritisme dapat di simpulkan dalam tiga hal: a. Menganggap objek pengenalan berpusat pada subjek dan bukan pada objek. b. Menegaskan keterbatasan kemampuan rasio manusia untuk menetahui realitas atau hakikat sesuatu, rasio hanya mampu menjangkau gejalanya atau fenomenanya saja. c. Menjelaskan bahwa pengenalan manusia atas sesuatu itu diperoleh atas perpaduan antara peranan unsure “a priori” (sebelum di buktikan tapi kita sudah percaya) yang berasal dari rasio serta berupa ruang dan waktu dan peranan unsur “aposteoriori” (setelah di buktikan baru percaya) yang berasal dari pengalaman yang berupa materi. Menurut Kant,”Syarat dasar bagi segala ilmu pengetahuan adalah bersifat umum dan bersifat perlu mutlak,dan member pengetahuan yang baru”. 4.Kritik atas Rasio Murni Kritisme Kant dapat dianggap sebagai suatu usaha raksasa untuk mendamaikan rasionalisme dengan empirisme.Rasionalisme mementingkan unsure a priori dalam pengenalan,berarti unsure-unsur yang terlepas dari segala pengalaman,berarti unsure-unsur yang terlepas dari segala pengalaman.Empirisme menekankan pada unsure-unsur aposteriori,berarti unsur-unsur yang berasal dari pengalaman.Menurut kant,”baik rasionalisme maupun empirisme,kedua-duanya berat sebelah.Ia berusaha menjelaskan bahwa pengenalan manusia merupakan paduan antara sintesis unsur-unsur a priori dengan unsure-unsur aposteriori”. 5.Pada Taraf Indra Unsur a priori memainkan peranan bentuk dan unsure aposteriori memainkan peranan materi.Menurut Kant, unsure a priori itu sudah terdapat pada taraf indra.Ia berpendapat bahwa dalam pengetahuan indrawi selalu ada dua bentuk a priori,yaitu ruang dan waktu.Jadi ruang tidak merupakan ruang kosong dimana benda-benda di letakkan,ruang tidak merupakan “ruang dalam dirinya”(ruang an sich).Waktu bukan merupakan suatu arus tetap,di mana pengindraan –pengindraan bias di tempatkan.Kedua-duanya merupakan bentuk apriori sensibilitas.Dengan kata lain,kedua-duanya berakar dalam struktur subjek sendiri.Pendirian tentang pengenalan indrawi ini mempunyai implikasi yang penting.Kant berkata”memang ada das ding an sich(benda-benda-dalam-dirinya;the thing in it self).Akan tetapi das ding an sich selalu tinggal di suatu x yang tidak di kenal.kita hanya mrngenal gejala-gejala,yang selalu merupakan sintesis antara hal-hal yang dating dari luar dengan bentuk ruang dan waktu.” 6.Pada Taraf Akal Budi Kant membedakan akal budi (Verstand) dengan rasio (Vernuff).Tugas akal budi ialah menciptakan orde antara data-data indrawi.Dengan kata lain akal budi mengucapkan putusan-putusan.Pengenalan akal budi juga merupakan sintesis antara bentuk dengan materi.Materi adalah data-data indrawi dan bentuk adalah a priori,yang terdapat pada akal budi.bentuk a priori ini dinamakan Kant dengan istilah “Kategori”. 7.Pada Taraf Rasio Menurut Juhaya S.Pradja,”Tugas rasio ialah menarik kesimpulan dari keputusan-keputusan”Dengan kata lain,rasio mengadakan argumentasi-argumentasi.Kant memperlihatkan bahwa rasio membentuk argumentasi itu dengan dipimpin oleh tiga ide yaitu: jiwa,dunia dan Allah.Apa yang dimaksud ide menurut Kant ialah suatu cita-cita yang menjamin kesatuan terakhir dalam bidang gejala psikis (jiwa),kejadian jasmani(dunia),dan segala-galanya yang ada. 8.Kritik atas Rasio Praktis Rasio murni yang di maksudkan oleh Kant adalah rasio yang dapat menjalankan roda pengetahuan.Akan tetapi,disamping rasio murni terdapat rasio praktis yaitu,rasio yang mengatakan apa yang harus kita lakukan atau rasio yang memberikan perintah kepada kehendak kita.Kant memperlihatkan bahwa rasio praktis memberikan perintah yang mutlak yang di sebutnya sebagai imperatife kategori.Kant menyebutkan bahwa ada tiga postulat dari rasio praktis,yaitu: a) Kebebasan kehendak b) Inmoralitas jiwa c) Adanya Allah, merupakan sesuatu yang kita percaya dan yakini akan keadaanya, akan tetapi sulit untuk mebuktikan kenampakan fisiknya. 9.Kritik atas Daya Pertimbangan Maksud kritik der urteilskraft ialah mengerti dua persesuaian dua lapangan(kritik atas rasio umum dan kritik atas rasio praktis).Hal ini terjadi dengan menggunakan konsep finalitas(tujuan),finalitas ini bisa bersifat subjektif dan objektif.Dalam kritisme Immanuel Kant,Kant seolah-olah mempertegas bahwa rasio tidak mutlak dapat menemukan kebenaran,karena rasio tidak membuktikan,demikian pula pengalaman,tidak dapat dijadikan melulu tolak ukur,karena tidak semua pengalaman benar-benar nyata dan rasional. Dengan pemahaman tersebut,rasionalisme dan empirisme harusnya bergabung agar melahirkan suatu paradigma baru,bahwa kebenaran empiris harus rasional sebagaimana kebenaran rasianal harus empiris. BAB III PENUTUP Kesimpulan Filsafat Immanuel Kant,yakni kritisme adalah:penggabungan antara aliran filsafat sebelumnya yakni Rasionalisme yang di pelopori oleh Rene Descartes dan Empirisme yang di pelopori oleh David Hume.Kant mempunyai tiga karya yang sangat penting yakni kritik atas rasio murni,kritik atas rasio praktis,kritik atas daya pertimbangan.ketiga karyanya inilah yang sangat mempengaruhi pemikiran filosof sesudahnya yang menggunakan pemikiran Kant. Daftar Pustaka Drs.Atang Abdul Hakim,MA dan Drs.Beni Ahmad Saebani,M.Si,Filsafat Umum,(Bandung:Pustaka Setia) Ahmad Tafsir,Filsafat Umum,(Bandung:Remaja Rosda Karya,2005

Tidak ada komentar:

Posting Komentar