RUNNING TEXT
Minggu, 26 Februari 2017
SARANA BERFIKIR ILMIAH FILSAFAT
Dr. IRWANDI SIHOMBING,S,Ag,S.PdI,MA
DAFTAR ISI:
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang…………………………………………………………………………
B.Rumusan Masalah……………………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN
A.Sarana Berfikir Ilmiah…………………………………………………………………..
B.Bahasa……………………………………………………………………………………
CMatematika……………………………………………………………………………….
D.Statistika…………………………………………………………………………………
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan ………………………………………………………………………………..
B.Saran………………………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang dilengkapi TUHAN sarana berpikir. Dengan berpikir manusia dapat memenuhi kehidupannya dengan mudah dan merupakan upaya manusia dalam memecahkan masalah. Selain metode ilmiah sebagai cara melakukan kegiatan ilmiah, juga diperlukan juga sarana berpikir agar kegiatan tersebut menjadi teratur dan cermat. Menurut Suhartono Suparlan ( 2005 :1 ), bahwa :
“Manusia mempunyai kemampuan menalar, artinya berpikir secara logis dan analitis. Kelebihan manusia dalam kemampuannya menalar dan karena mempunyai bahasa untuk mengkomunikasikan hasil pemikirannya yang abstrak, maka manusia bukan saja mempunyai pengetahuan, melainkan juga mampu mengembangkannya. Karena kelebihannya itu maka Aristoteles memberikan identitas kepada manusia sebagai “animal rationale”.
“Membahas kemampuan mengetahui dan mengenal,tidak dapat terlepas dari filsafat dalam bidang epistimologi.Karena filsafat ini menunjukan kepada kita betapa jauh dan sejauh mana manusia dapat mengetahui atau mengenal objek-objek pengamatan disekitarnya.Apa pengetahuan itu,cara mengetahui dan memperoleh pengetahuan,serta berbagai jenis pengalaman indrawi”.
“Panca indra manusia merupakan alat kelengkapan yang dapat membuka kenyataan alam sebagai sumber pengetahuanya yang memungkinkan dirinya untuk menemukan hakikat kebenaran. Penguasaan sarana berpikir ilmiah merupakan suatu hal yang bersifat imperatif bagi seorang ilmuan. Sarana berpikir ilmiah adalah alat yang mempunyai fungsi-fungsi yang khas dalam kaitan membantu kegiatan ilmiah secara menyeluruh”.
Bagi seorang ilmuwan penguasaan sarana berpikir ilmiah merupakan suatu keharusan, karena tanpa penguasaan sarana berpikir ilmiah tidak akan dapat melaksanakan kegiatan ilmiah yang baik ( Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM : 2010 : 97 ).
Islam berpendirian bahwa kemampuan belajar manusia pertama tama berkembang melalui pengamatan pancaindra,kemudian di olah oleh kemampuan pikiran dan ingatanya serta dorongan kemauanya,sehingga menjadi pola pola pengetahuan yang kemudian terbentuk menjadi ilmu pengetahuan.
Dengan demikian penguasaan sarana berpikir ilmiah sangat penting bagi ilmuwan agar dapat melaksanakan kegiatan ilmiah dengan baik. Sarana berpikir ilmiah membantu manusia menggunakan akalnya untuk berpikir dengan benar dan menemukan ilmu yang benar. tanpa menguasai sarana berpikir ilmiah, kegiatan ilmiah yang baik tak dapat dilakukan.
B.Rumusan Masalah
1. Apa Sarana Ilmiah Itu?
2. Sarana apa saja yang dapat membantu kita dalam pengetahuan ilmiah?
BAB II
PEMBAHASAN
A.SARANA BERFIKIR ILMIAH
Manusia disebut sebagai homo faber yaitu makhluk yang membuat alat; dan kemampuan membuat alat dimungkinkan oleh pengetahuan. Sarana berpikir ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuhnya. Pada langkah tertentu biasanya diperlukan sarana yang tertentu pula.
Oleh sebab itulah maka sebelum kita mempelajari sarana-sarana berpikir ilmiah ini seyogyanya kita telah menguasai langkah-langkah dalam kegiatan langkah tersebut. Dengan jalan ini maka kita akan sampai pada hakekat sarana yang sebenarnya sebab sarana merupakan alat yang membantu dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Sarana berfikir ilmiah ini,dalam proses pendidikan kita merupakan bidang studi tersendiri.Dalam hal ini kita harus memperhatikan dua hal:
Sarana ilmiah bukan merupakan ilmu dalam pengertian bahwa sarana ilmiah itu merupakan kumpulan pengetahuan yang di dapatkan berdasarkan metode ilmiah.
Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan kita untuk melakukan penelaahan ilmiah secara baik,sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk bisa memecahkan masalah kita sehari-hari.
Jadi sarana berfikir ilmiah merupakan alat bagi metode ilmiah dalam melakukan fungsinya secara baik. Dari penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa sarana berpikir ilmiah adalah alat berpikir dalam membantu metode ilmiah sehingga memungkinkan penelitian dapat dilakukan secara baik dan benar.
Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana berupa bahasa, logika, matematika dan statistika. Salah satu langkah ke arah penguasaan itu adalah mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana berpikir tersebut dalam keseluruhan proses ilmiah.
Menurut Jujun, bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah dimana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Ditinjau dari pola berpikirnya maka ilmu merupakan gabungan antara berpikir induktif dan berpikir deduktif. Untuk itu, maka penalaran ilmiah menyadarkan diri kepada proses logika deduktif dan logika induktif. Matematika mempunyai peranan penting dalam bepikir deduktif ini, sedangkan statistika mempunyai peranan penting dalam berfikir induktif.
“Logika adalah sarana untuk berpikir sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Karena itu, berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan atura-aturan berpikir, seperti setengah tidak boleh lebih besar dari pada satu “( Amsal Baktiar : 2004 : 212 ).
“Dalam penelitian ilmiah terdapat dua cara penarikan kesimpulan melalui cara kerja logika yaitu adalah induktif dan deduktif. Logika induktif adalah cara penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum dan rasional. Logika deduktif adalah cara penarikan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum rasional menjadi kasus-kasus yang bersifat khusus sesuai fakta di lapangan” ( Cecep Sumarna : 2008 : 150 ).
Dalam kesempatan kali ini penulis hanya akan membahas tiga sarana berpikir ilmiah saja yakni bahasa, matematika dan statistika.
B. BAHASA
Bahasa sebagai salah satu sarana berpikir ilmiah memegang peran yang penting mengingat bahasa merupakan alat komunikasi manusia dalam peranannya sebagai mahluk sosial yang berinteraksi dengan manusia lain. Sebagai peranannya sebagai sarana berpikir, bahasa digunakan dalam proses berpikir itu sendiri dan untuk mengkomunikasikan pengetahuan yang didapat kepada pihak lain.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa pengertian bahasa antara lain:
1. Sistem lambang bunyi berartikulasi ( yang dihasilkan alat ucap) yang dipakai untuk melahirkan perasaan dan pikiran.
2. perkataan-perkataan yang dipakai suatu bangsa
3. Percakapan ( perkataan yang baik, sopan santun, tingkah laku yang baik)
Dapat dikatakan bahwa bahasa adalah serangkaian bunyi yang bermakna. Dalam hal ini, bunyi yang dimaksud adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang kemudian dirangkai untuk menjadi simbol hasil transformasi dari objek yang faktual.
Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain (JUJUN).
Keunikan manusia sebenarnya bukanlah terletak pada kemampuan berpikirnya ( homo sapiens ) melainkan terletak pada kemampuannya berbahasa ( animal symbolicum ), sebab dalam kegiatan berpikirnya manusia menggunakan symbol.Tanpa mempunyai kemampuan berbahasa ini maka kegiatan berfikir sistematis dan teratur tidak mungkin dapat di lakukan.
Sebagian orang mendefinisikan bahasa sebagai berikut:
1. Satu sistem untuk mewakili benda, tindakan, gagasan dan keadaan.
2. . Satu peralatan yang digunakan untuk menyampaikan konsep riil mereka ke dalam pikiran orang lain
3. Satu kesatuan sistem makna
4. Satu kode yang yang digunakan oleh pakar linguistik untuk membedakan antara bentuk dan makna.
5. Satu ucapan yang menepati tata bahasa yang telah ditetapkan (contoh :- Perkataan, kalimat, dan lain lain.)
6. Satu sistem tuturan yang akan dapat dipahami oleh masyarakat linguistik.
Bahasa erat kaitannya dengan kognisi pada manusia, dinyatakan bahwa bahasa adalah fungsi kognisi tertinggi dan tidak dimiliki oleh hewan. Ilmu yang mengkaji bahasa ini disebut sebagai linguistik, atau pakar bahasa. Bahasa memungkinkan manusia untuk berpikir secara abstrak dimana objek-objek yang faktual ditransformasikan menjadi simbol-simbol yang bersifat abstrak.
Perbendaharaan kata atau simbol abstrak dari suatu objek faktual merupakan hasil kesepakatan masyarakat pemakai bahasa. Misalnya masyarakat pengguna bahasa Indonesia sepakat bahwa tempat tinggal seseorang disimbolkan rumah. Sedangkan Masyarakat pengguna bahasa inggris sepakat untuk objek yang sama menyebutnya dengan simbol house.
Transformasi obyek faktual menjadi simbol abstrak terwujud dalam bentuk perbendaharaan kata yang dirangkai dan diatur oleh tata bahasa tertentu yang kemudian digunakan untuk mengemukakan jalan pikiran atau ekspresi perasaan. Mengemukakan jalan pikiran merupakan aspek informatif dari bahasa sedangkan mengungkapan perasaan merupakan aspek emotif dari bahasa.
Menurut Kneller (Jujun:2003) mengungkapkan bahwa bahasa dalam kehidupan manusia mempunyai fungsi simbolik, emotif, dan afektif. Fungsi simbolik menonjol dalam komunikasi ilmiah sedangkan fungsi emotif menonjol dalam komunikasi estetik.
Bahasa memungkinkan manusia memikirkan sesuatu meskipun objek tersebut tidak berada didekat kita. Misalnya, pada saat istirahat makan siang, seorang karyawan memikirkan laporan yang akan disampaikan pada atasannya. Hal ini membuat bahasa memungkinkan manusia untuk memikirkan suatu masalah terus menerus. Jujun menyatakan bahwa melalui bahasa manusia hidup di dunia nyata yakni dunia pengalaman yang nyata dan dunia simbolik yang dinyatakan dengan bahasa.
Perbendaharaan kata yang dimiliki seorang manusia merupakan hasil akumulasi dari pengalaman dan pemikiran manusia itu sendiri. Dengan Perbendaharaan kata yang dimiliki, manusia dapat mengkomunikasikan segenap pengalaman dan pemikiran mereka. Sejalan dengan semakin maju dan berkembangnya manusia , maka semakin berkembang pulalah bahasa. Bahkan, di setiap komunitas tertentu banyak yang memiliki kosakata yang khas dalam bidang masing-masing , misalnya kosakata yang dimiliki oleh para dokter, para guru, atau bahkan profesi copet. Manusia selalu mencoba memberi simbol pada semua gejala fisik yang dialami.
Menurut Kneller, bahasa dalam kehidupan manusia mempunyai tiga fungsi yaitu simbolik, emotif, dan efektif.
Dalam kamunikasi ilmiah seharusnya terbebas dari unsur-unsur emotif ( bersifat antiseptik ), agar pesan yang disampaikan diterima secara reproduktif, artinya identik dengan pesan yang disampaikan. oleh sebab itu proses komunikasi ilmiah harus bersifat jelas yakni makna yang terkandung dalam kata-kata yang dipergunakan diungkapkan secara tersurat ( ekspilisit ) sehingga tercegah dari makna yang lain, selain itu mengemukakan pendapat dan jalan pikiran juga harus jelas.
Seorang ilmuwan sangat dituntut untuk menguasai bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah. Hal ini diperlihatkan dengan kemampuannya menyampaikan gagasan, konsep atau informasi melalui tata bahasa yang baik dan kosakata yang tepat. Dalam menggunakan bahasa sebagai sarana komunikasi ilmiah harus dihindari kecenderungan yang bersifat emosional. Selain itu, seorang ilmuwan juga harus memperhatikan format-format penulisan karya ilmiah seperti penulisan catatan kaki atau daftar pustaka. Bila semua telah dikuasai, maka seorang ilmuwan akan mampu untuk berkomunikasi dengan baik.
Beberapa Kekurangan Bahasa
Ada beberapa gejala yang dalam keadaan tertentu menjadi kekurangan bahasa sebagai sarana komunikasi.
Pertama, bahasa memiliki multifungsi yaitu emotif, afektif, dan simbolik.Dalam komunikasi ilmiah biasanya hanya menggunakan aspek simbolik saja.Pada kenyataanya hal ini tidak mungkin,bahasa verbal mau tidak mau harus mengandung ketiga unsur yang bersifat emotif,afektif,dan simbolik.Inilah salah satu kekurangan bahasa sebagai sarana komunikasi ilmiah,yang dikatakan oleh kemedy,sebagai kecenderungan emocional.
Kedua,terletak pada arti yang tidak jelas dan eksak yang dikandung oleh kata-kata yang membangun bahasa.Sebagai contohnya terjadi ketika penulis akan memberi definisi atau batasan dari sebuah kata/simbol tertentu. Hal ini terjadi karena batasan arti sebuah kata/simbol tersebut tidak jelas dan tidak pasti. Misalnya saat kita berusaha memberi arti dari istilah motivasi, sulit sekali untuk memberi gambaran, batasan atau arti yang jelas tentang kata tersebut. Hal ini terlihat dengan banyak sumber ahli yang memberikan definisi motivasi dengan redaksi yang berbeda.
Ketiga,bahasa sering bersifat berputar-putar (sirkular)dalam mempergunakan kata-kata terutama dalam memberikan definisi.
C.MATEMATIKA
Kata “matematika” berasal dari kata máthema dalam bahasa Yunani yang diartikan sebagai “sains, ilmu pengetahuan, atau belajar” juga mathematikós yang diartikan sebagai “suka belajar”.
Disiplin utama dalam matematika didasarkan pada kebutuhan perhitungan dalam perdagangan, pengukuran tanah dan memprediksi peristiwa dalam astronomi. Ketiga kebutuhan ini secara umum berkaitan dengan ketiga pembagian umum bidang matematika: studi tentang struktur, ruang dan perubahan.
Dalam pandangan formalis, matematika adalah penelaahan struktur abstrak yang didefinisikan secara aksioma dengan menggunakan logika simbolik dan notasi matematika; ada pula pandangan lain, misalnya yang dibahas dalam filosofi matematika.
Kembali ke uraian sebelumnya bahwa matematika sebagai sarana berpikir ilmiah yang menggunakan pola penalaran deduktif. Sarana berpikir ilmiah ini dalam proses pendidikan kita, merupakan bidang studi tersendiri. Artinya kita mempelajari sarana berpikir ilmiah ini seperti mempelajari berbagai cabang ilmu.
Matematika Sebagai Bahasa
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat “artificial” yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati. Alfred North Whitehead mengatakan bahwa “x itu sama sekali tidak berarti”
Bahasa verbal mempunyai beberapa kekurangan, untuk mengatasi kekurangan yang terdapat pada bahasa verbal, kita berpaling kepada matematika. Dalam hal ini, kita katakan bahwa matematika adalah bahasa yang berusaha untuk menghilangkan sifat majemuk dan emosional dari bahasa verbal. Bahasa verbal hanya mampu mengatakan pernyataan yang bersifat kualitatif. Sedangkan sifat kuantitatif dari matematika merupakan daya prediktif dan control dari ilmu. Ilmu memberikan jawaban yang lebih bersifat eksak yang memungkinkan pemecahan masalah secara tepat dan cermat.
Matematika sebagai sarana Deduktif
Nama ilmu deduktif diperoleh karena penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi tidak didasari atas pengalaman seperti halnya yang terdapat didalam ilmu-ilmu empiric, melainkan didasarkan atas deduksi (penjabaran).
Secara deduktif, matematika menemukan pengetahuan yang baru berdasarkan premis-premis tertentu, walaupun pengetahuan yang ditemukan ini sebenarnya bukanlah konsekuensi dari pernyataan-pernyataan ilmiah yang kita telah temukan sebelumnya. Meskipun “tak pernah ada kejutan dalam logika” (Ludwig Wittgenstein), namun pengetahuan yang didapatkan secara deduktif sangat berguna dan memberikan kejutan yang sangat menyenangkan. Dari beberapa premis yang kita telah ketahui, kebenarannya dapat diketemukan pengetahuan-pengetahuan lainnya yang memperkaya perbendaharaan ilmiah kita.
Perkembangan Matematika
Dari segi perkembangannya maka ilmu dapat dibagi dalam 3 tahap yaitu :
a. tahap sistematika,yaitu: , ilmu yang mulai menggolong-golongkan obyek empiris kedalam kategori tertentu.
b. 2 .tahap komparatif,yaitu: . Komparatif ini mulai melakukan perbandingan antara obyek yang satu dengan obyek yang lain,selanjutnya kita mencari hubungan yang didasarkan kepada perbandingan antara berbagai obyek yang dicari
c. tahap kuantitatif,yaitu: , tahap mencari hubungan sebab akibat yang didasarkan pada pengukuran yang eksak dari obyek yang sedang kita selidiki. Dalam hal ini bahasa verbal berfungsi dengan baik dalam kedua tahap yang pertama namun dalam tahap yang ketiga maka pengetahuan membutuhkan matematika.
Griffis dan Howson(1974) membagi sejarah perkembangan matematika menjadi 4 tahap,yaitu :
a. Tahap pertama berkembang pada peradaban Mesir Kuno yang digunakan untuk perdagangan,pertanian,bangunan dan usaha mengontrol alam seperti banjir
b. Tahap kedua berkembang pada peradaban Babylonia dan Mesopotamia yang mengembangkan kegunaan praktis dari matematika.
c. Tahap ketiga berkembang pada peradaban Yunani yang melatakkan dasar matematika sebagai cara berfikir rasional dengan menetapkan berbagai langkah dan definisi tertentu. Euclid 300SM mengumpulkan semua pengetahuan ilmu ukur dalam bukunya Elements dengan penyajian secara sistematis dari berbagai postulat,definisi, dan teorema. Orang Yunani sangat memperhatikan Ilmu ukur yang tercermin dalam buku Euclid dimana pada tahun 1000 bangsa Arab,India,dan China mengembangkan ilmu aljabar.
d. Zaman Renaissance,Renaissance ialah:zaman peralihan kebudayaan ketika abad tengah mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern. Salah satunya meletakkan dasar bagi kemajuan matematika modern selanjtnya. Ditemukanlah kalkulus diferensial yang memungkinkan kemajuan yang cepat diabad 17 dan evolusi abad 1.
Beberapa Aliran Dalam Filsafat Matematika
Immanuel kant (1724-1804) berpendapat bahwa matematika merupakan pengetahuana yang bersifat sintetik apriori dimana eksistensi matematika tergantung dari panca indera , aliran yang disebut logistic berpendapat bahwa matematika merupakan cara berfikir yang salah atau benarnya dapat ditentukan tanpa mempelajari dunia empiris. Filsafat Kant mandapat momentum baru adalah aliran yang disebut intuisionis. David Hilbert (1862-1943) yang terkenal dengan sebutan kaum formalis.
Tesis utama kaum logistic adalah bahwa matematika murni merupakan cabang dari logika. Tesis ini mula-mula dikembangkan oleh cottlob frege (1848-1925) yang menyatakan bahwa hukum bilangan (the law of number) dapat direduksikan ke dalam proposisi-proposisi logika. Kaum logistic menggunakan sistem symbol yang diperkembangkan oleh kaum formalis dalam kegiataan analisisnya. Kaum dalam mempelajari matematika dalam prespektif kebudayaan suatu masyarakat tertentu yang memungkinkan diperkembangkannya filsafat pendidikan matematika yang sesuai.
Matematika Dan Peradaban
Matematika dapat dikatakan hampir sama tuanya dengan peradaban manusia itu sendiri. Sekitar 3500 tahun S.M bangsa mesirkuno telah mempunyai symbol yang melambangkan angka-angka.Matematika merupakan bahasa artifisial yang dikembangkan untuk menjawab kekurangan bahasa verbal yang bersifat alamiah. Matematika tidak dapat dilepaskan dari perkembangan peradaban manusia.
Angka tidak bertujuan untuk menggantikan kata-kata : pengukuran sekedar unsur dalam menjelaskan persoalan yang menjadi pokok analisis utama. Teknik matematika yang tinggi bukan merupakan penghalang untuk mengkomunikasikan pernyataan yang dikandungnya dalam kalimat-kalimat yang sederhana.
Di lingkungan masyarakat pun secara tidak langsung orang sudah menggunakan matematika. Seperti ketika orang menghitung penghasilan, hasil panen, jumlah belanja, luas tanah, luas rumah, ongkos, hak waris, dan masih banyak yang lainnya. Jelas bahwa matematika sangat berperan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dalam dunia pendidikan, apabila ada siswa yang mengatakan ingin menghindari matematika sebenarnya itu tidak dapat dilakukan. Karena mau tidak mau matematika digunakan dalam aktivitas sehari-harinya.
Kini, ilmu matematika digunakan di seluruh dunia sebagai alat penting di berbagai bidang, termasuk ilmu pengetahuan alam, rekayasa, medis, dan ilmu pengetahuan sosial seperti ekonomi, dan psikologi. ilmu matematika juga dimanfaatkan dalam bidang industri, ekonomi, kesehatan, sosial dan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi, bahkan hingga bidang poltik, dan masih banyak digunakan pada bidang-bidang kehidupan yang lainnya. Bahkan dapat dikatakan tak ada satu bidang kehidupan pun yang tidak menerapkan dan memanfaatkan ilmu matematika.
D.STATISTIKA
Statistika adalah ilmu yang mempelajari bagaimana merencanakan, mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, dan mempresentasikan data. Singkatnya, statistika adalah ilmu yang berkenaan dengan data.
Istilah 'statistika' (bahasa Inggris: statistics) berbeda dengan 'statistik' (statistic). Statistika merupakan ilmu yang berkenaan dengan data, sedang statistik adalah data, informasi, atau hasil penerapan algoritma statistika pada suatu data. Dari kumpulan data, statistika dapat digunakan untuk menyimpulkan atau mendeskripsikan data; ini dinamakan statistika deskriptif.. Beberapa istilah statistika antara lain: populasi, sampel, unit sampel, dan probabilitas.
Statistika banyak diterapkan dalam berbagai disiplin ilmu, baik ilmu-ilmu alam (misalnya astronomi dan biologi maupun ilmu-ilmu sosial (termasuk sosiologi dan psikologi), maupun di bidang bisnis, ekonomi, dan industri. Statistika juga digunakan dalam pemerintahan untuk berbagai macam tujuan; sensus penduduk merupakan salah satu prosedur yang paling dikenal. Aplikasi statistika lainnya yang sekarang popular adalah prosedur jajak pendapat atau polling (misalnya dilakukan sebelum pemilihan umum), serta jajak cepat (perhitungan cepat hasil pemilu) atau quick count.
Sejarah Awal Statistika
Sekitar tahun 1675 seorang ahli matematika amatir bernama Chavalier de Mere mengajukan sebuah permasalahan mengenai mengenai judi kepada seorang jenius matematika bernama Prancais Blaise Pascal. Pascal tertarik dengan permasalahan ini, dan kemudian mengadakan korespondensi dengan seorang ahli matematika Prancis lainnya yaitu Pierre de Fermat (1601 – 1665), dan keduanya mengembangkan cikal bakal teori peluang.
Peluang merupakan dasar dari teori statistika, sebagai konsep baru yang tidak dikenal dalam pemikiran Yunani Kuno, Romawi, dan bahkan Erop[a dalam abad pertengahan. Teori mengenai kombinasi bilangan sudah terdapat dalam aljabar yang dikembangkan oleh sarjana Muslim namun bukan dalam lingkup teori peluang.
Statistika dan cara berfikir induktif
Ilmu secara sederhana dapat didefinisikan sebagai pengetahuan yang telah teruji kebenarannya. Semua pernyataan ilmiah adalah bersifat faktual, dimana konsekuensinya dapat diuji baik dengan jalan menggunakan pancaindera maupun dengan alat-alat yang membantu pancaindera tersebut. Pengujian secara empiris merupakan salah satu mata rantai dalam meode ilmiah yang membedakan ilmu dari pengetahuan-pengetahuan lainnya.
Pengujian mengharuskan untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus yang bersifat individual. Jadi dalam hal ini kita menarik kesimpulan berdasarkanlogika induktif. Penarikan kesimpulan induktif pada hakikatnya derbeda dengan penarikan kesimpulansecara deduktif. Dalam penalaran deduktif maka kesimpulan yang ditarik adalah benar sekiranya premis-premis yang dipergunakannya adalah benar dan prosedur penarikan kesimpulannya adalah benar. Sedangkan, penalaran induktif meskipun premis-premisnya adalah benar dan prosedur penarikan kesimpulannya adalah sah maka kesimpulan itu belum tentu benar. Penarikan kesimpulan deduktif dan induktif keduanya mempunyai kedudukan yang sama pentingnya dalam penelahaan kelimuan.
Karakteristik Berfikir Induktif
Logika induktif tidak memberikan kepastian namun sekedar tingkat peluang bahwa untuk premis-premis tertentu dapat ditarik. Statistika merupakan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk menarik kesimpulan secara induktif berdasarkan peluang. Teori peluang merupakan cabang dari matematika sedangkan statistika merupakan disiplin tersendiri. Menurut bidang pengkajiannnya statistika dapat dibedakan menjadi Statistika teoritis dan Statistika terapan. Statistika teoritis merupakan pengetahuan yang mengkaji dasar-dasar teori statistika, dimulai dari teori penarikan contoh, distribusi, penarikan dan peluang. Statistika terapan merupakan penggunaan statistika teoretis yang disesuaikan dengan bidang tempat penerapannya.
Berpikir logis secara deduktif seringkali dikacaukan dengan berfikir logis secara induktif. Kekacauan logika inilah yang menyebabkan kurang berkembangnya ilmu di Negara kita. Untuk mempercepat perkembangan ilmu di Negara kita maka penguasaan berpikir induktif dengan statistika sebagai alat berpikirnya harus mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh.
Perkembangan Ilmu Statistika
Beberapa perkembangan ilmu statistik yang saya bagi dalam tiga tahap yaitu tahap I (awal), tahap II (pengembangan), dan tahap III (sekarang) :
TAHAP AWAL
a. Braham Demoivre (1667-1754) mengembangkan teori galat atau kekeliruan (theory of error).
b. Tahun 1757, Thomas Simpson menyimpulkan bahwa terdapat suatu distribusi yang berlanjut (continues distribution) dari suatu variabel dalam suatu frekuensi yang banyak.
c. Pierre Simon de Lacplace (1749-1827) mengembangkan konsep demoire dan Simpson ini lebih lanjut, dan menemukan distribusi normal.
d. Distribusi lain, yang tidak berupa kurva normal kemudian ditemukan oleh Francis Galton (1822-1911) dan Karl Pearson (1857-1936).
e. Karl Friedrich Gauss (1777-1855) kemudian mengembangkan teknik kuadrat terkecil (least square) simpangan baku, galat baku untuk rata-rata (the standard error of mean).
TAHAP II
a. Pearson (1857-1936) melanjutkan konsep-kosnep Galton dan mengembangkan konsep regresi, korelasi, distribusi chi square dan analisis statistika kualitatif.
b. Charles Spearman (1863-1945) murid dari Galton dan Leipzig mengembangkan konsep one factor model, yang selanjutnya beliau dijuluki sebagai “the father of factor analysis).
c. Godfrey Thompson (1881-1955), Cyril Burt (1883-1971), Raymond Cattell (1905-1998), dan Karl Holzinger (1892-1954) memberi kontribusi pada perluasan konsep analisis faktor dari Spearman.
d. Harold Hotelling (1895-1955) memperluas konsep one faktor model dari Spearman menjadi multiple factor model.
e. Louis Guttman (1916-1987) mengembangkan Skala yang dikenal dengan skala Guttman dan banyak memberikan kontribusi pada analisis faktor.
f. Ronald Alylmer Fisher (1890-1962) mengembangkan desain eksperimen, disamping analisis varian dan kovarian, distribusi z, t, uji signifikansi dan teori tentang perkiraan (theory of estimation)
g. Rensis Likert (1932) mengembangkan Skala yang kemudian dikenal dengan skala Likert.
SEKARANG
a. Andrey Kolmogorov (1903 – 1987) dan Smirnov (1900-1966) yang hasil karyanya sekarang dikenal dengan kolmogorov smirnov test
b. Neyman, J (1938) yang berkontribusi dengan “Theory Of Sampling Human Populations”.
c. Hansen, M. H., and Hurwitz, W. N (1950) pada “Theory Of Sampling From Finite Populations”
d. Cochran, W. G. (1953-1963) dan Taro Yamane (1967) yang mengembangkan Sampling Techniques
e. Joreskog (1973), Kessling (1973), dan Wiley (1973) membentuk kesatuan model yang dikenal dengngan persamaan struktural. Joreskog sendiri memberikan kontribusi pada metode maximum likehood dan para pakar lainnya yang banyak berkontribusi dalam pengembangan ilmu statistik modern.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Sarana berpikir ilmiah merupakan alat untuk membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang akan ditempuh agar memperoleh pengetahuan dengan benar. Untuk melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik, maka diperlukan sarana berpikir ilmiah yaitu bahasa, matematika dan statistika. Sedangkan logika merupakan bagian dari ketiganya. Bahasa dalam sarana berpikir ilmiah berfungsi sebagai informatif, komunikatif dan reproduktif. Matematika dalam sarana berfikir ilmiah berfungsi sebagai sarana berpikir deduktif ( umum ke khusus ), yang bersifat jelas, spesifik, informatif dan kuantitatif. Adapun statistika merupakan sarana berpikir induktif ( khusus ke umum ), yang bersifat hubungan kausalitas dan penarikan sampel.
SARAN
• Semoga dengan adanya makalah ini sedikit banyaknya para pembaca dapat menambah ilmu pengetahuan tentang sarana berfikir ilmiah dan terkhususnya bagi penulis,
• Dan marilah kita gunakan fikiran kita ini dengan sebaik mungkin melalui pengetahuan sarana ilmiah tersebut.
IMPLIKASI
Dari uraian yang telah dipaparkan maka dapat penyusun simpulkan bahwa sarana berfikir ilmiah mempunyai manfaat yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari manusia.sarana berfikir ilmiah diantaranya yaitu bahasa,logika,matematika,dan statistika yang masing –masing mempunyai manfaat dalam kehidupan contohnya bahasa dalam dunia pendidikan, . Sebagai regulatoris bahasa dapat berperan dalam mengubah tingkah laku peserta didik dalam pembelajaran, dengan bahasa yang baik dan dapat dimengerti seorang pendidik bisa melakukan persuasive kepada peserta didik untuk bertindak dalam kaidah-kaidah kebenaran. Bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang digunakan dalam proses berpikir ilmiah di mana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Matematika sebagai sarana berpikir ilmiah mengacu pada fungsi matematika sebagai bahasa dan sarana berpikir deduktif. Sedangkan statistika mengacu pada sarana berpikir induktif. Dan aspek terakhir yaitu logika, merupakan sarana berpikir sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan.
DAFTAR PUSTAKA
Jujun S.Suriasumantri,”Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer”.Pustaka Sinar Harapan;Jakarta,1984
Drs.Rizal Mustansyir M.Hum dan Drs.Misnal Munir M.Hum,”Filsafat Ilmu”Pustaka Pelajar,Jakarta:2001
Prof.H.Muzayyin Arifin,M,Ed,”Filsafat Pendidikan Islam”Bumi Aksara,Jakarta:2009
Amsal Bakhtiar,”Filsafat Agama”Jakarta:Logos,1997
Dirgantara Wicaksono,”Sarana Ilmiah Bahasa”blogspot.com 2013
Furi Wulandari,”Filsafat Ilmu Statistika”Student esa-unggul.ac.id
Yeni Wulandari,”Filsafat dan Sejarah Perkembangan Ilmu Statistik”blogspot.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar