RUNNING TEXT
Minggu, 26 Februari 2017
TAFSIR AS – SYA’RAWI
0leh : Dr. Irwandi Sihombing, S.Ag., S.PdI, MA
A. Pendahuluan
Al-Qur’an adalah sumber utama atau sumber fundamental bagi agama Islam, ia disamping berfungsi sebagai petunjuk (hudan)-antara lain petunjuk dalam persoalan-persoalan akidah, Syari’ah, moral (akhlak) dan lain-lain,- juga berfungsi sebagai pembeda (furqan), (Qs:2:185), sehingga ia menjadi tolak ukur dan penolakan apa yang dinisbahkan kepada Nabi Muhammad. Berangkat dari kesadaran bahwa al-Qur’an memuat berbagai macam petunjuk yang paling lengkap bagi manusia, yang membenarkan dan mencakup wahyu-wahyu yang terdahulu (Qs:12:111), (Qa:10:37), (Qa:6: ll4), yang kedudukannya menempati posisi sentral dalam studi keislaman, maka lahirlah niatan dikalangan ummat Islam untuk mencoba memahami isi kandungan Al-Qur’an itu sendiri. Usaha untuk memahmi Al-Qur’an, inilah pada nantinyayang dikenal dengan aktivitas penafsiran (al-tafsir).
Terkait dengan hasil karya para ulama berupa kitab tafsir, kalangan peminat studi Al-Qur’an (al-tafsir) mengenal istilah-istilah metode (al-manhaj), corak (al-laun), bahkan paradigma guna membantu untuk memilah, memahami dan menetapkan kategori tertentu terhadap suatu hasil karya tafsir. Paper ini berusaha mengkaji kitab tafsir kontemporer, yakni Tafsir al-Sya’rawi oleh Syekh Mutawalli, semoga keberadaan paper ini bermanfaat, amin.
B. Pembahasan
1. Biografi al-Sya’rawi
Nama Lengkap al-Sya’rawi adalah Muhammad bin Mutawalli atsya’rawi al-Husaini. Dilihat dari garis keturunan nasab bapaknya ia sampai kepada cucu Nabi Muhammad saw. yakni Imam Husaini bin Ali. Pada hari Ahad tanggal 17 Rabiul Tsani 1329 H/5 April 1911 M al-Sya’rawi lahir tepatnya di desa Daqadus Kecamatan Mit Gamir Kabupaten ad-Daqhiliyyah dan wafat pada tanggal 22 Syafar 1419 H berketetapan dengan tanggal 17 Juni 1998 M di Desa Daqadus. Ayahnya memberii gelar “Amin” dan gelar ini dikenal masyarakat di daerahnya.Beliau ayah dan tiga anak laki-laki dan dua anak perempuan bernama sami, Abdurrahim, Ahmad, Fatimah dan Salihah.
Kitab Muhammad Mutawalli al-Sya’rawi min al-Qaryah ila al-Amiyah (al-Mutawalli al-Sya’rawi dari desa ke dunia) menyebutkan bahwa, Syekh al-Sya’rawi dilahirkan dari keluarga pas-pasan, tidak kaya, tidak miskin, memiliki nasab yang terhormat yaitu ahl al-Bait.Hal ini sangat urgen untuk di garisbawahi karena tidak ada satupun penulis yang menyinggung bahkan bersentuhan dengan nasab beliau dan dikuatkan oleh pernyataan Syekh Muhammad Khalil al-Khatib : “ al-Sya’rawi adalah Sayyid al-Syarif Mutawalli al-Sya’rawi al-Husaini, nasab Ibunya dan ayah Ibunya berakhir pada Imam Husain bin Ali Karramallahu wajhah.
Ketekunan al-sya’rawi dalam studi Al-Qur’an sudah nampak sejak kecil dimana sejak ia berusia ll tahun sudah hafal Al-Qur’an di bawah bimbingan gurunya Syekh Abd al-Majid pasya. Karenanya, tidak aneh ketika ia dewasa menjadi salah satu tokoh dalam bidang tarsir kontemporer abad 21.
Sejak duduk di bangku sekolah menengah (setingkat SLTA atau MA di Indonesia) al Sya’rawi menekuni keilmuan bidang syair dan sastra Arab. Hal ini tampak ketika ia di angkat menjadi Ketua Persatuan Pelajar dan Ketua Persatuan Kesusastraan di daerah Zaqaziq. Kemudian pada tahun 1930-an merasakan bangku kuliah pada Fakultas Ushuluddin di Zaqaziq, dan setelah lulus pendidikan S1 pada tahun 1936 ia melanjutkan studi (setingkat S2) mengambil konsentrasi Bahasa Arab pada Universitas al-Azhar dan lulus pada tahun 1941 dengan predikat cum laude. Kemudian setelah itu, ia melanjutkan ke jenjang doctoral pada tahun 1943 memperoleh gelar Alamiyat (Lc sekarang) dalam bidang bahasa dan sastra Arab.
Setelah menyelesaikan studinya tersebut, al-Sya’rawi menghabiskan hidupnya dalam dunia pendidikan, yakni sebagai tenaga pengajar pada beberapa perguruan tinggi di kawasan Timur Tengah (midle countries), antara lain: al-Azhar Tanta, al-Azhar Iskandariyyah, Zaqaziq, Universitas Malik lbn Abdul Aziz Makkah, Universitas al-Anjal Arab Saudi, Universitas Ummul Qura Makkah, dan lain-lain. Selian mengajar, al-Sya’rawi juga mengisi kegiatan-kegiatan sosial keagamaan, seperti menjadi Khatib, mengisi kegiatan ceramah (da’i), mengisi pengajian tafsir al-Qur’an yang di siarkan secara langsung (mubasyarah, live) melalui layar televisi di Mesir. Sembilan belas tahun sebelum al-Sya’rawi meninggal dunia pada tahun 1998, tepatnya pada tahun 1980 ia mendapatkan gelar akademiknya yang terakhir berupa gelar Doktor Honoris Causa.
Setelah menamatkan pendidikannya di Azhar Kairo, ia kemudian mendapat beberapa jabatan.Adapun karir yang ia tekuni adalah guru di sekolah al-Azhar tanta, kemudian ia di mutasi ke sekolah al-Azhar di Iskandariyah dan kemudian di kampong halamannya di Zaqzaziq.Lambat laun karirnyapun menanjak diangkat menjadi dosen jurusan Tafsir-Hadist di Fakultas Syariah Universitas al-Malik Abdul Azis di Makkah pada tahun 1951 M selama 9 tahun.
Pada tahun 1960 M, ia diangkat menjadi wakil sekolah al-Azhar di Tanta, dan memangku jabatan direktur dalam bidang pengembangan dakwah Islam pada departemen wakaf pada tahun 1961 M kemudian pada tahun 1962 M, al-Sya’rawi diangkat menjadi pengawas pengembangan bahasa Arab di al-Azhar dan ditunjuk sebagai asisten pribadi Grand Syekh Hasan Makmun pada tahun 1964 M.
Pada tahun 1966 M, al-Sya’rawi mengikuti program ekspedisi al-Azhar ke Aljazair pasca kemerdekaan negeri ini.al-Sya’rawi sangat berjasa kepada pemerintah Aljazair dalam menghilangkan sisa-sisa imprealisme Prancis dengan meletakkan kaidah-kaidah baru dalam bahasa Arab.
Pada tahun 1976 M, al-Sya’rawi di pilih oleh Pimpinan Kabinet Mamduh Salim sebagai Menteri Wakaf dan pada tanggal 26 Oktober 1977 M, ia ditunjuk kembali menjadi Menteri Wakaf dan Menteri Negara yang berkaitan dengan al-Azhar dalam cabinet yang di bentuk oleh Mamduh Salim.Pada tanggal 15 Oktober 1978 M, ia diturunkan dengan hormat dalam formatur cabinet yang dibentuk oleh Mustofa Khalil, kemudian ia di ditunjuk menjadi salah satu pemrakarsa berdirinya Universitas “al-Syu’ub al-Islamiyah al-Arabiyyah” namun al-Sya’rawi menolak.Pada tahun 1980 M al-Sya’rawi diangkat sebagai anggota MPR akan tetapi ditolaknya jabatan strategis itu.Atas jasa-jasa al-Sya’rawi selama ini, pada tahun 1983 M al-Sya’rawi mendapat penghargaan dan lencana dari Presiden Husni Mubarak dalam bidang pengembangan ilmu dan budaya pada acara peringatan hari lahirnya al-Azhar yang ke-1000.
Riwayat hidup al-Sya’rawi ini memberikan pelajaran berharga yang harus diteladani, yakni kesungguhan dan perjuangannya dalam bidang pendidikan, khususnya dalam bidang studi tafsir al-Qur’an. Selain itu, dari riwayat hidupnya tampak bahwa ia adalah orang yang ahli dalam bidang tafsir al-Qur’an dan dalam bidang dakwah, dan terakhir seorang yang mumpuni dalam bidang bahasa dan sastra Arab yang dalam asumsi penyusun sangat mempengaruhi karya tafsirnya Tafsir al-Sya’rawi.
2. Karya-karya al-Sya’rawi
Menurut Ahmad al-Marsi Husain Jauhar, al-Sya’rawi tidak pernah bergumul dalam kegiatan tulis menulis, ia lebih menikmati bahasa lisan dari pada bahasa tulisan. Karenanya al-Sya’rawi berpendapat bahwa bahasa lisan merupakan bahasa yang efisien sehingga tidak menunggu seseorangu ntuk membeli dan membacab uku, selain itu, dengan perantara bahasa lisan seseorang dapat langsung melakukan dialog tanpa harus dibatasi. Meskipun demikian, ceramah-ceramah al-Sya’rawi kemudian ditulis dalam bentuk karya buku oleh para murid-murid maupun para pengikutnya, antara lain: dalam bidang tafsir dan al-Qur’an, kitab MuJizaat al-Qur’aan, al-Qur’aan al-Kariam Mu’jizaat al-Kariam, al- Muntakhab fi Tafsir al-Qur’aan al-kariam, Tafsir al-Sya’rawi, Khawaatlir Hlaul al-Qur’aan, al-Syaitan wa al-Insaan, Nadlarat fia al-Qur’aan, Asraar Bismillahinahman al-Rahim, al-Ayat al-Kauniyyah wa Dalalahrh’ala Wujudillah Ta’ala, dan lain-lain.
Al-Syekh Muhammad al-Sya’rawi mengatakan di saat ia berkunjung ke rumahnya di Fayoum : “sesungguhnya Syekh tidak menuliskan buku-buku yang beredar di pasaran, hanya saja inti pembahasan buku-buku tersebut sama dengan inti pemikiran Syekh dan beliau mengkaji ulang buku-buku tersebut”.
Suplemen Majalah al-Azhar menyebutkan beberapa karangan Imam Muhammad Mutawalli al-Sya’rawi dicetak dibawah naungan dan bimbingannya sebagai contoh adalah tafsir al-Sya’rawi.Namun sebagian karangannya diubah menjadi formasi audio visual pasca permintaan izin darinya.Dalam hal ini Syekh al-Sya’rawi tidak melakukan revisi apapun, akan tetapi beliau mengembalikannya kepada hati nurani.
Dalam bidang Teologi, al-Islam Ra’simaliyyah wa al-Syua’iyyah, Fadaya al-Islam, ‘Aqidah al-Muslim, Syubhat wa al-Abati al Khasum al- Islam wa al-Riddah ‘Alaihi, dan lain-lain.
Dalam bidang Hukum Islam antara lain: al-Fataawaa, 100 as’Suaal wa al-Jawab fia Fiqh al-Islam, al-Hajj al-Akbar; Hukum Asrar al-’Ibadah dan lain-lain.
Dalam bidang Dakwah, al-Qada wa al-Qadar, Haz Huwa al-Islam, Isra’ wa al-Mi’raj, dan lain-lain. Dalam bidang sosial-budaya terdapat karya ‘Ala ‘Aidah al-Fikr al-Islam, al-Islam al-Fikr al-Mu’asirah.
Lembaga yang berhak menerbitkan karangan al-Sya’rawi menurut Ahmad al-Mutawalli al-Sya’rawi adalah Akhbar al-Yauwm dan Maktabah al-Turasa al-Islami di bawah naungan ‘Abdullah Hajjah.Akan tetapi penerbitan ini tidak terlepas dari pengawasan majma al-Sya’rawi al-Islami.Jadi dua lembaga inilah yang memiliki wewenang untuk mempublikasikan karangannya, namun sangat di sayangkan pengawasan tidak ekstra ketat, karena tidak sedikit penerbit memalsukan kitab-kitab itu.Dilain pihak pengawasan pihak yang berwenang sangat lemah dan pengarang tidak mendapatkan perlindungan atas hak-haknya.
3. Tafsir al-Sya’rawi; Isi, Sistematika, Metode, dan Karateristiknya
Nama Tafsir al-Sya’rawi diambilkan dari nama asli pemiliknya yakni al-Sya’rawi. Menurut Muhammad ‘Ali Iyazi judul yang terkenal dari karya ini adalah Tafsir al-Sya’rawi Khawatir al-Sya’rawi Haula al-Qur’an al-Karim. Pada mulanya, tafsir ini hanya diberi nama Khawatir al- Sya’rawi yang dimaksudkan sebagai sebuah perenungan (Khawatir) dari diri al-Sya’rawi terhadap ayat-ayat al-Qur’an yang tentunya bisa saja salah dan benar.
Kitab ini merupakan hasil kreasi yang dibuat oleh murid al- Sya’rawi yakni Muhammad al-Sinrawi, ‘Abd al-Waris al-Dasuqi dari kumpulan pidato-pidato atau ceramah-ceramahy ang dilakukan al- Sya’rawi.S ementarait u, hadis-hadisy ang terdapatd i dalamk itab Tafsir al-Sya’rawi di takhrij oleh Ahmad ‘Umar Hasyim. Kitab ini diterbitkan oleh Akhbar al-Yaum Idaraha l-Kutub wa al-Maktabahp adat ahun 1991 (tujuh tahun sebelum al-Sya’rawi meninggal dunia). Dengan demikian, Tafsir al-Sya’rawi ini merupakan kumpulan hasil-hasil pidato atau ceramah al-Sya’rawi yang kemudian di edit dalam bentuk tulisan buku oleh murid-muridnya.
Adapun d ilihat dari isi dan sistematikanya, tampak bahwa kitab ini terdiri dari 18 jilid yang dapat digambarkan dalam tabel berikuti ini:
Berdasarkan tabel tersebut diatas, maka tafsir ini tidak memuat dari surah Luqmaan hingga surah an-Nas atau dari pertengahan Juz 2l hingga akhir Juz 30 dalam al-Qur’an.
Sementara itu, dilihat dari metodenya, Tafsir al-Sya’rawi ini susah untuk di petakan. Sebab, tafsir ini merupakan tafsir bi al-lisan atau tafsir sauti hasil pidato atau ceramah yang kemudian di bukukan). Dengan demikian tafsir ini tidak ditulis dalam bentuk tulisan ilmiah. Namun, secara umum tafsir ini menggunakan metode gabungan arfizra tahlili dan tematik. Dengan kata lain al-Sya’rawi menggunakan metode tahllilia yakni menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an dengan memaparkan segala aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat yang ditafsirkan itu dan menerangkan makna-makna yang tercakup di dalamnya sesuai dengan keahlian dan kecenderungan penafsir, kemudian ia menjelaskan dengan menggunakan metode dan pendekatan tematik, yakni membahas ayat-ayat al-Qur’an dalam sebuah tema yang teratur.
Dalam hal ini Usman Abd al-Rahim al-Qamihi menyimpulkan metode dan langkah-langkah yang ditempuh al-Sya’rawi dalam menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an, yakni :
1. Dalam tafsir ini memuat perenungan-perenungan dan pandangan-pandangan yang tajam.
2. Mengandung tafsir maudu’i, yakni dalam membahas ayat al-Qur’an ia mencoba mengkajinya pada satu tema.
3. Tafsir ini merupakan Tafsir Sauti (hasil ceramah yang kemudian ditulis).
4. Al-Sya’rawi adalah orang yang ahli dalam bahasa dan sastra Arab, maka ia selalu beranekat dari analisa bahasa ketika menafsirkan sebuah ayat.
5. Berusaha menyingkap Fasahah al-Qur’an i (kehebatan al-Qur’an) dan rahasia sistematikanya.
6. Tujuan dari tafsir ini adalah untuk perbaikan sosial (al-islah) alijtimaa’ i), moral, dan tarbawia (pendidikan).
7. Menyingkap ayat-ayat hukum dan melihat asbab an-nuzual-nya.
8. Menggabungkan antara pendalaman dan kesederhanaan dalam menafsirkan dan menyampaikannya.
9. Menggunakan metode Analisis dan Tematik, dan berusaha menghubungkan antara ayat (munasabah al-ayat).
10. Terkadang bemuansa sufistik.
I l. Menggunakan gaya bahasa (uslub), retoris-dialogis (al-mantiqi aljadali).
12. Menyingkap penemuan-penemuan ilmiah dalam al-Qur’an. Sampai di sini dapat dikatakan bahwa karakteristik dari kitab Tafsir al- Sya’rawi adalahTafsir Sauti (hasil ceramah yang kemudian ditulis), dengan pembahasan yang luas, tidak terikat oleh satu metode tertentu dalam metodologi tafsir al-Qur’an. Sementara itu, secara umum corak dari kitab tafsir ini adalah adabi ijtima’i yakni sosial kemasyarakatan, progresif untuk melakukan perubahan dan perbaikan kehidupan sosial yang lebih baik. Dikatakan secara umum, karena tafsir ini tidak menekankan corak, melainkan menekankan pengungkapan “ruh” al- Qur’an sebagai sumber hidayah bagi umat manusia.
4. Contoh Tafsir dan Komentar Para Ulama Terhadap Tafsir al-Sya’rawi
Beragamnya metode dan langkah yang ditempuh dalam Tafsir al- Sya’rawi sebagaimana disimpulkan oleh ‘Usman Abd al-Rahim al- Qamih}ia maka dalam hal ini penyusun hanya akan memberikan satu contoh penafsiran terkait dengan penafsiran ilmiah. Hal ini tampak ketika al-Sya’rawi menafsirkan Qs. Al-Kahfi (18): 18.
“Dan kamu mengira mereka itu bangun padahal mereka tidur; dan kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan (diri) dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi dengan ketakutan terhadap mereka”. (QS. l8:18).
Menurut al-Sya’rawi istilah “membolak-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri” merupakan isyarat dari Tuhan terkait dengan tata cara tidur yang lama dan sehat. Karena, tidak aneh jika terdapat dokter yang menyarankan pasiennya untuk membolak-balikkan badannya ke kanan dan kiri ketika sedang tidur supaya terjauhkan dari penyakit kudis, dan tidak terjadi penyumbatan urat darah di bawah kedua tumit dan sebagainya. Sementara itu, terkait dengan komentar para ulama atau tokoh secara umum memberikan penilaian dan komentar yang positif, mrk.
Menurut Ahmad Bahjat al-Sya’rawi adalah mufasir kontemporer yang mampu menafsirkan al-Qur’an dengan gaya bahasa yang mudah dipahami oleh khalayak umum. Hal yang sama datang dari Yusuf al- Qardawi, menurutnya al-Sya’rawi adalah ahli al-Qur’an, seorang yang dikaruniai pemahamana l-Qur’an dan rahasia-rahasianya serta pandangan-pandangan yang memiliki pengaruh luas di kalangan masyarakat.
Abdul Fattah al-Fawi, dosen Falsafah di Universitas Dar “Ulum Kairo mengatakan bahwa Syekh al-Sya’rawi bukanlah seorang yang tekstual, beku di hadapan nash, tidak terlalu cenderung ke akal, tidak pula sufi yang hanyut dalam ilmu kebatinan, akan tetapi beliau menghormati nash, memakai akal dan terpancar darinya keterbukaan dan kekharismatikannya.
Senada pandangan tersebut diatas, Yusuf Qordhawi memandang bahwa al-Sya’rawi sebagai penafsir yang handal.Penafsirannya tidak terbatas pada ruang dan waktu, tetapi juga mencakup kisi-kisi kehidupan lainnya, bahkan dalam kesehariannya ia terkesan mengandung sufisme kendati sebagian orang menentang kehidupan sufi ia tetap bersikukuh dengan prinsip hidupnya.
Kecenderungan al-Sya’rawi pada tafsir tidak menjadikan ia lupa dengan kepiawiannya dalam mengambil kesimpulan hokum fiqh atas realita kehidupan sehingga tidak jarang ia mengeluarkan hokum berdasarkan dalil syar’I dan logis.Akhirnya kontribusi al-Sya’rawi dalam berbagai bidang ilmu tidak perlu di ragukan lagi, karenanya tidak sedikit pengikut dan pengagumnya merasa kehilangan ketika al-Sya’rawi wafat.
Abdurrahman al-Najjar diretur Dewan Masjid pada Kementerian Wakaf mengatakan bahwa Syekh al-Sya’rawi memiliki zauq yang khas dalam membaca al-Qur’an al-Karim dan pemahaman bahasa Arab suatu kekhususan yang memperlihatkan kepadanya ide-ide dan makna-makna yang tidak terlintas dalam fikiran dan hati para mufassirin lainnya.
C. KESIMPULAN
Model Tafsir Sauti (hasil ceramah yang kemudian ditulis), dengan pembahasan yang luas, tidak terikat oleh satu metode tertentu dalam metodologi tafsir al-Qur’an ketika mengungkap “ruh” al-Qur’an sebagai sumber hidayah bagi perubahan dan perbaikan kehidupan sosial adalah salah satu karakteristik yang dimiliki oleh tafsir Tafsir al-Sya’rawi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abd al- Hayy al- Farmawi Al- Bidāyah fi Tafsir Maudhuʹi, Dirasah Manhajiah Maudhu’iah. Terj. Suryan Al- Jamrah. Metode Tafsir Maudui: Statu Pengantar, Yakarta: LsiK, 1994.
Abdul Mustaqim, Aliran- aliran Tafsir, Madzhab Tafsir dari periode Klasik ingá Kontemporer, Yogyakarta: Kreasi Wacana , 2005.
Bahrus Shafa, “ Syekh Mutawalli al- Sya’rawi” dalam www.bahrusshofa.blogspot.com.Akses ,15 Januari 2012. Lihat juga Happis basha,”al-Sya’raawi”, dalam www.ydim.com.Akses 8 April 2009.Diposkan oleh ISLAMUNA di 08:12
Ibn Manssur, Lisān al-Arab, Beirut: Dār Sadhr .t.t
Istibsyaroh, Hak- hak Perempuan Relasi Jender Menurut Tafsir al-Sya’rawi, Yakarta: Teraju,2004.
M. Quraish CIAV, Membumikan Al- Qur’an, Membumikan Al- Qur’an Fungís dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan, 1994.
Mohd Rumaizuddin Ghazali, Jejak Ulama: Syekh Muhammad Mutawalli al- Muhammad ‘Alia Iyazi, Al- Mufassiruan Hayaatuhum wa Manhajuhum, t.tp.: Muassasah al- Tiba’ah wa an- Nasr Wizarahas\-S\aqafah wa al- Irisad al-Islami, 1312 H.
Muhammad al- Sinrawi dan ‘Abd al- Waris al-Dasuqi, Tafsir al- Sya’rawi Khawatir al-Sya’rawi Haula Al- Qur’an al- Karim, Mesir: Akhbar al-Yaum Idarah al- Kutub wa al- Maktabah, 1991.
Sya’raawia (1991-1998); Tokoh Tafsir Mesir Abad 21” dalam www.abim.org.Akses,
15 Januari 2012.
Usman Abd al- Rahim al- Qamihi, “Sual al- Tafsir al- Syekh Muhammad Mutawalli al- Sya’rawi” dalam www.tafsir.org.Akses tanggal 15 Januari 2012.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar